5 Fakta Teknik Petir Bentuk Ketujuh Zenitsu di Demon Slayer

Berbeda dengan banyak jurus lain yang diwariskan secara turun-temurun, Honoikazuchi no Kami adalah ciptaan murni Zenitsu Agatsuma. Sebagai murid Jigoro Kuwajima, ia hanya benar-benar menguasai Bentuk Pertama dari Thunder Breathing.

Namun, alih-alih menyerah, Zenitsu mengembangkan gaya uniknya sendiri dengan menggabungkan kecepatan, insting bertarung, serta tekad pribadinya. Hasilnya adalah teknik pamungkas yang tidak dimiliki murid Thunder Breathing lainnya, termasuk rivalnya, Kaigaku.

Fakta ini menunjukkan perkembangan besar dalam karakter Zenitsu, dari seorang pengecut yang hanya bisa satu jurus menjadi pendekar yang sanggup menciptakan teknik baru yang mematikan.

Saat jurus ini dilepaskan, Zenitsu digambarkan dikelilingi naga berwarna emas yang menyerupai petir menyambar. Visual ini bukan hanya untuk efek dramatis, tetapi melambangkan keagungan serta kekuatan teknik ciptaannya. Naga emas juga menjadi simbol bahwa Zenitsu telah melampaui keterbatasannya sebagai pengguna tunggal Bentuk Pertama.

Jurus ini memperlihatkan bahwa dirinya layak disejajarkan dengan para pendekar legendaris Hashira. Selain itu, simbol naga juga menunjukkan keterhubungan Zenitsu dengan elemen langit: petir yang liar namun mematikan. Adegan ini menjadi salah satu momen paling ikonik dalam Infinity Castle Part 1, memikat hati para penggemar.

Kekuatan utama Zenitsu sejak awal adalah kecepatannya. Namun, dalam Bentuk Ketujuh ini, kecepatannya mencapai level yang dianggap mustahil bagi manusia biasa. Zenitsu mampu berlari secepat kilat dalam posisi rendah, lalu melepaskan tebasan horizontal yang nyaris tak bisa diantisipasi musuh.

Jurus ini bahkan membuatnya mampu melompat jarak jauh setelah terjatuh ke dalam jurang di Infinity Castle. Dengan teknik ini, Zenitsu membuktikan bahwa dirinya bisa menyamai, bahkan melampaui, kecepatan iblis tingkat tinggi. Bentuk Ketujuh menjadi bukti konkret bahwa kecepatan ekstrem bisa menjadi kekuatan mematikan jika digunakan dengan penuh konsentrasi dan keberanian.

Salah satu momen paling emosional dalam Infinity Castle Part 1 adalah pertarungan Zenitsu melawan Kaigaku, mantan rekan sesama murid Jigoro. Kaigaku memilih menjadi iblis dan menguasai berbagai bentuk Thunder Breathing, kecuali yang pertama. Namun, Zenitsu, yang hanya mahir Bentuk Pertama, justru menciptakan Bentuk Ketujuh untuk mengalahkan Kaigaku.

Pertarungan ini bukan hanya duel pedang, melainkan juga benturan ideologi: pengkhianatan Kaigaku versus kesetiaan Zenitsu pada gurunya. Dengan Honoikazuchi no Kami, Zenitsu berhasil menutup pertarungan itu dengan kemenangan telak, sekaligus membuktikan bahwa ketekunan dan kemurnian hati lebih kuat daripada ambisi egois.

Honoikazuchi no Kami bukan hanya teknik pamungkas, melainkan juga lambang perjalanan Zenitsu sebagai karakter. Dari sosok yang selalu ketakutan, ia tumbuh menjadi pejuang yang mampu menciptakan jurus baru dan menggunakannya untuk melindungi orang lain.

Jurus ini menandai titik balik, di mana Zenitsu tidak lagi bergantung pada tidur atau kebetulan, melainkan keberanian murni. Dalam narasi, jurus ini menegaskan bahwa Zenitsu sudah berada di level setara pilar. Infinity Castle Part 1 pun memperlihatkan bahwa meski awalnya diremehkan, Zenitsu adalah simbol bahwa ketekunan dan keberanian bisa melahirkan kekuatan sejati.