Perjalanan Kanae bukan hanya soal ambisi. Dia tumbuh lebih cepat dari siapa pun, bukan karena obsesi buta, tapi karena naluri kompetitif yang mengalir di dalam dirinya.
Setiap pertempuran yang dia menangkan, setiap luka yang dia dapatkan, semuanya adalah bukti perjuangannya. Luka-luka itu bukan aib, melainkan tanda pencapaian—bukti bahwa dia pantas berdiri sejajar dengan idolanya.
Tapi segalanya mulai berubah. Saat Jeju Island Raid semakin dekat, Kanae menyadari ada sesuatu yang berbeda dalam diri Goto. Tatapannya kosong, pikirannya melayang ke tempat yang tak bisa dia jangkau. Seakan ambisi yang dulu membakar semangatnya telah berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam, lebih gelap.
Meskipun begitu, Kanae tetap memegang keyakinannya. Dia menutup mata terhadap perubahan itu, memilih percaya bahwa idolanya akan selalu berjalan di jalur yang benar. Dengan kepercayaan yang terukir sekuat luka-luka di tubuhnya, dia siap mempertaruhkan segalanya demi mengikuti Goto Ryuji.
Karena bagi Kanae, Goto bukan sekadar pahlawan. Dia adalah alasannya untuk terus maju.