Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
Analisa One Piece Gorosei
Analisa One Piece Gorosei (screenrant.com)

Intinya sih...

  • Pada awal petualangannya, Luffy hanyalah seorang bajak laut pemula yang bertualang di East Blue.

  • Meskipun mereka ingin Luffy mati, Pemerintah Dunia menghadapi berbagai hambatan eksternal yang menggagalkan rencana tersebut.

  • Pemerintah Dunia tidak buru-buru membunuh Luffy adalah untuk menutupi kebenaran tentang buah iblis yang dimilikinya.

Monkey D. Luffy kini menjadi salah satu ancaman terbesar bagi Pemerintah Dunia, apalagi setelah kekuatan sejatinya sebagai pewaris buah iblis Nika terungkap. Namun, pertanyaan besar pun muncul: jika Luffy memang sebahaya itu, mengapa Gorosei dan Imu tidak membunuhnya sejak awal?

Dalam artikel ini, kita akan mengupas alasan-alasan strategis, politik, dan historis yang menjelaskan kenapa Luffy bisa bertahan hidup begitu lama meski menjadi pewaris kehendak Joy Boy dan simbol revolusi dunia One Piece.

1. Informasi Terbatas dan Pergerakan Awal Luffy yang Tak Terpantau

Analisa One Piece Gorosei (screenrant.com)

Pada awal petualangannya, Luffy hanyalah seorang bajak laut pemula yang bertualang di East Blue. Daerah ini bukanlah prioritas utama bagi Pemerintah Dunia dan sangat jarang mendapat perhatian Gorosei. Kekalahannya terhadap bajak laut seperti Arlong atau Buggy mungkin menarik perhatian lokal, tapi tidak cukup untuk sampai ke telinga para petinggi dunia. Luffy baru mulai dianggap sebagai ancaman ketika mengalahkan Crocodile, salah satu Shichibukai, di Alabasta.

Namun meski berita kemenangan Luffy menyebar, statusnya sebagai pengguna "Gum-Gum Fruit" tetap dianggap remeh. Nama buah tersebut telah dimanipulasi selama ratusan tahun oleh Pemerintah Dunia agar identitas sejatinya, Hito Hito no Mi, Model: Nika, tetap tersembunyi. Maka ketika seorang bajak laut muda mengalahkan Crocodile dengan kekuatan karet, tidak ada sinyal langsung bahwa ini adalah ancaman besar. Luffy pun terus berpindah-pindah dari Jaya ke Skypiea, lalu ke Water 7 dan Enies Lobby, membuat pelacakannya makin sulit.

Pergerakan cepat dan tidak terduga ini membuat Straw Hat Pirates nyaris tak tersentuh. Bahkan setelah mendeklarasikan perang pada Pemerintah Dunia di Enies Lobby, reaksi mereka masih terukur. Mengapa? Karena mengerahkan kekuatan besar secara terang-terangan untuk membunuh seorang rookie hanya akan menimbulkan pertanyaan publik: ada apa dengan Luffy, dan kenapa dia dianggap begitu berbahaya? Pemerintah Dunia tidak ingin siapa pun tertarik dengan buah iblis Nika, apalagi mencari tahu sejarahnya. Maka pilihan mereka adalah menunggu saat yang tepat.

2. Kesempatan yang Gagal dan Peran Faktor Eksternal

Analisa One Piece Gorosei (screenrant.com)

Meskipun mereka ingin Luffy mati, Pemerintah Dunia menghadapi berbagai hambatan eksternal yang menggagalkan rencana tersebut. Salah satu upaya awal yang paling menonjol terjadi setelah Thriller Bark. Setelah Gecko Moria dikalahkan, Kuma dikirim ke sana atas perintah Gorosei. Ia menyampaikan pesan tentang penggantian posisi Shichibukai dan menyaksikan langsung bagaimana Luffy mengalahkan Moria. Perintah berikutnya pun jelas: bunuh semua saksi, termasuk Straw Hat Pirates.

Namun, upaya ini gagal karena intervensi tak terduga. Kuma yang saat itu masih memiliki sedikit kehendak bebas memutuskan untuk tidak membunuh Luffy dan kawan-kawan. Momen dramatis di mana Zoro mengorbankan diri untuk menanggung rasa sakit Luffy menunjukkan bahwa loyalitas dan keberanian kru Straw Hat tak bisa diremehkan. Meski perintah datang dari atas, Kuma menolak sepenuhnya menjalankannya.

Kesempatan kedua muncul di Kepulauan Sabaody ketika Luffy memukul Tenryuubito. Ini adalah kejahatan besar yang biasanya dibalas dengan kekuatan maksimal. Kizaru pun dikirim untuk menangkap atau membunuh Luffy, dan bisa saja berhasil jika bukan karena kemunculan Silvers Rayleigh. Mantan tangan kanan Roger ini adalah variabel yang tak pernah diperhitungkan, dan kehadirannya menahan Kizaru dari membunuh Luffy.

Bahkan setelah itu, Luffy dan kru-nya menghilang selama dua tahun untuk berlatih. Ketika kembali, mereka langsung masuk ke Dunia Baru, tempat para Yonko menguasai wilayah dan Pemerintah Dunia kehilangan dominasi. Perjalanan Luffy dari Pulau Manusia Ikan hingga Whole Cake Island, lalu ke Wano, selalu berada di bawah bayang-bayang kekuatan besar lain. Pemerintah Dunia tidak punya cukup kendali atas wilayah-wilayah ini untuk bisa membunuh Luffy dengan mudah, bahkan jika mereka menginginkannya.

3. Strategi Diam Pemerintah Dunia untuk Menutupi Identitas Buah Iblis

Analisa One Piece Gorosei (screenrant.com)

Salah satu alasan paling krusial mengapa Pemerintah Dunia tidak buru-buru membunuh Luffy adalah untuk menutupi kebenaran tentang buah iblis yang dimilikinya. Buah Hito Hito no Mi, Model: Nika adalah buah yang sangat langka dan legendaris, dengan sejarah panjang sebagai simbol perlawanan terhadap penindasan. Kekuatan ini pernah dimiliki Joy Boy, musuh besar Pemerintah Dunia di Abad Kekosongan.

Selama lebih dari 800 tahun, mereka berusaha menghapus semua jejak buah ini. Salah satu cara paling efektif adalah mengganti namanya menjadi "Gum-Gum Fruit", lalu menyebarkan informasi palsu tentang kekuatannya. Ketika Luffy memakan buah tersebut, Pemerintah Dunia tidak langsung menyadari siapa dirinya. Hanya ketika dia mulai menunjukkan kemampuan yang tidak biasa—fleksibilitas tubuh ekstrem, kebangkitan semangat pembebasan, dan kekuatan yang makin menyerupai legenda Nika—barulah mereka mulai cemas.

Pada saat arc Wano, kekhawatiran itu mencapai puncaknya. Ketika Luffy mulai menunjukkan tanda-tanda awakening, Gorosei langsung memerintahkan CP0 untuk menghentikannya dengan segala cara, bahkan jika itu berarti membuat Kaido marah. Agen CP0 sempat berhasil menahan Luffy, memberi kesempatan pada Kaido untuk mengalahkannya. Namun seperti biasa, Luffy menolak untuk mati. Kematian agen CP0 oleh Kaido dianggap sebagai kerugian kecil jika dibandingkan dengan potensi bencana jika Nika bangkit kembali.

Mereka tahu bahwa kekuatan Nika bukan hanya kekuatan fisik, tetapi juga inspirasi. Jika dunia tahu bahwa seseorang dengan kekuatan legendaris ini masih hidup, bisa melawan penindasan, dan bahkan mengalahkan kekuatan besar seperti Kaido, maka semangat pemberontakan akan menyebar seperti api. Itulah sebabnya Pemerintah Dunia memilih langkah hati-hati—menghapus, bukan mengekspos.

4. Sekarang Terlambat: Luffy Sudah Terlalu Kuat dan Terlalu Besar untuk Dihapus Diam-Diam

Analisa One Piece Gorosei (screenrant.com)

Kini, dengan status sebagai Yonko, kekuatan yang tak terbantahkan, dan dukungan dari berbagai aliansi, Luffy telah melampaui titik di mana Pemerintah Dunia bisa membunuhnya secara diam-diam. Bahkan dengan kekuatan Five Elders dan Imu, mereka harus menghadapi fakta bahwa Luffy adalah Joy Boy baru. Gelombang perubahan yang dibawa olehnya tak bisa dihentikan dengan cara-cara lama.

Luffy telah menumbangkan dua Yonko, menginspirasi dunia, dan menjadi musuh nyata sistem tirani. Pemerintah Dunia tidak lagi punya kemewahan memilih waktu dan tempat. Di Egghead, mereka mulai menurunkan langsung kekuatan besar untuk menghentikannya, namun Luffy kembali membuktikan bahwa dia bukan target yang bisa dihancurkan dengan mudah.

Jika Pemerintah Dunia ingin menang, mereka harus menghadapi Luffy secara langsung. Tidak ada lagi ruang untuk strategi licik, penyusupan, atau penyembunyian informasi. Luffy sekarang adalah simbol perlawanan yang hidup. Satu-satunya pilihan mereka adalah memusnahkannya dalam pertarungan terbuka, tapi itulah medan yang Luffy kuasai.

Selama bertahun-tahun, Luffy berhasil bertahan bukan karena ketidaktahuan Pemerintah Dunia, tetapi karena strategi tersembunyi mereka yang justru berbalik merugikan. Mereka ingin menyembunyikan kebenaran, tapi justru membiarkan Nika bangkit kembali dalam sosok Luffy. Kini, Luffy bukan hanya seorang bajak laut. Ia adalah simbol harapan, pemberontakan, dan kebebasan. Dan saat dunia menyadari siapa dirinya sebenarnya, mungkin Pemerintah Dunia akan menyesal karena tidak membunuhnya sejak awal. Tapi saat itu tiba, semuanya sudah terlambat.

Editorial Team