3 Hal Paling Gak Enak Menjadi Hashira di Demon Slayer

Secara alami, ketika kalian adalah yang terbaik, itu berarti orang-orang akan memandang kalian, enunjukkan rasa hormat yang besar, dan ingin belajar dari kalian. Meskipun mungkin perasaan yang menyenangkan untuk menjadi yang terbaik, tentunya menjadi role model buat seseorang menjadi beban besar.

Sangat mudah untuk membayangkan betapa melelahkannya mempertahankan ketenangan dan kepahlawanan Hashira di sekitar semua kolega kalian terutama pemburu iblis berpangkat rendah. Hashira tidak hanya harus menjaga reputasi cemerlang itu, tetapi Hashira mungkin juga tidak ingin mengecewakan siapa pun.

Memilih siapa yang harus dibimbing dan siapa yang harus ditinggalkan adalah pilihan yang sulit untuk dibuat, tetapi itu pilihan yang selalu harus dibuat oleh Hashira.

Ketika kalian bertarung dengan cukup teratur, tentu luka yang diraih juga cukup sering. Apalagi jika lawan yang dihadapi adalah lawan yang memiliki kekuatan yang luar biasa, cedera biasanya berakhir menjadi parah atau bahkan mengancam jiwa.

Sebagai Hashira, mereka akan bertarung lebih dari Pembunuh Iblis standar, dan sementara mereka harus memiliki pelatihan dan teknik untuk mendukung mereka, Hashira masih menghadapi risiko lebih tinggi untuk terluka parah walau mereka kuat.

Seperti yang sering dilihat pemirsa di anime dan manga, kematian adalah ancaman yang sangat nyata yang dihadapi semua Pembunuh iblis dalam pekerjaan mereka. Hal ini sangat mungkin terjadi pada seorang Hashira, karena mereka tidak hanya harus melawan lawan yang lebih kuat, tetapi mereka adalah target terbesar bagi Muzan dan pengikutnya.

Kyojuro Rengoku yang kuat pun bahkan harus mati di tangan iblis kuat bernama Akaza. Pekerjaan Hashira membutuhkan kemauan keras dan kemampuan untuk menatap kematian jauh lebih dekat dari orang lain. Tidak heran jika status ini bukan untuk orang lemah.