10 Momen Penting di Demon Slayer Infinity Castle Part 1

Ketika Muzan akhirnya muncul, seluruh Hashira terseret masuk ke dalam Infinity Castle yang dikendalikan oleh Nakime, Upper Moon Empat. Adegan ini menjadi salah satu momen paling mendebarkan karena semua pilar harus bertarung di medan yang asing, penuh jebakan, dan bisa berubah sewaktu-waktu.

Namun, ketangguhan mereka membuat pendaratan ini berjalan dramatis. Meski terpisah ke berbagai sudut kastil, setiap Hashira tetap siap menghadapi lawan yang sudah menanti. Momen ini menandai awal peperangan besar, sekaligus membuktikan bahwa para Hashira tidak akan gentar menghadapi pertempuran terakhir melawan pasukan iblis terkuat.

Pertarungan Shinobu Kocho melawan Upper Moon Dua, Douma, menjadi salah satu adegan paling emosional di Infinity Castle. Shinobu yang dikenal lembut dan selalu tersenyum, akhirnya memperlihatkan sisi paling seriusnya. Ia berhadapan dengan iblis yang membunuh kakaknya, Kanae.

Douma dengan dinginnya menanggapi serangan Shinobu, sementara Shinobu mengandalkan racun wisteria yang diserap dalam tubuhnya. Meski tampak kecil dan rapuh, Shinobu memperlihatkan keberanian luar biasa, bahkan rela mengorbankan dirinya demi melemahkan Douma. Duel ini menjadi momen menggetarkan yang memperlihatkan betapa besar tekad seorang Hashira meski peluang kemenangannya sangat kecil.

Pertemuan Tanjiro dan Giyu melawan Akaza, Upper Moon Tiga, adalah salah satu duel paling intens. Akaza sudah pernah menghadapi Tanjiro sebelumnya, tetapi kini ia berhadapan dengan kekuatan gabungan. Pertarungan ini menampilkan tarian pernafasan api Tanjiro yang semakin matang, berpadu dengan keteguhan teknik air Giyu.

Akaza, dengan teknik seni bela diri mematikan, memaksa keduanya mengerahkan seluruh kemampuan. Momen ini bukan sekadar pertarungan fisik, melainkan juga benturan prinsip. Akaza terus mempertanyakan tekad Tanjiro, sementara Tanjiro menunjukkan bahwa tekad manusia jauh lebih kuat dibandingkan godaan kekuatan abadi seorang iblis.

Zenitsu Agatsuma akhirnya menampilkan jurus orisinal ciptaannya sendiri: Petir Bentuk Ketujuh. Selama ini ia dikenal hanya mampu menguasai satu bentuk, yakni First Form: Thunderclap and Flash. Namun, saat di Infinity Castle, Zenitsu mengejutkan semua dengan menciptakan gaya barunya yang sangat kuat.

 Jurus ini menjadi bukti bahwa Zenitsu bukan hanya penakut yang mengandalkan refleks saat pingsan, melainkan pendekar sejati yang berkembang melampaui gurunya. Bentuk Ketujuh ini tidak hanya membuat lawannya kewalahan, tetapi juga menegaskan bahwa Zenitsu akhirnya mampu berdiri sejajar dengan rekan-rekannya dalam menghadapi iblis tingkat atas.

Infinity Castle Part 1 menghadirkan banyak kilas balik mendalam dari berbagai karakter penting. Misalnya, masa lalu Akaza yang penuh tragedi sebelum menjadi iblis, memperlihatkan sisi manusiawinya. Zenitsu pun mendapatkan sorotan, terutama hubungannya dengan gurunya yang keras namun penuh kasih.

Douma, meski kejam, juga ditampilkan melalui latar belakang yang memperlihatkan bagaimana ia berkembang menjadi sosok tanpa emosi. Kilas balik ini tidak hanya memperkuat alur cerita, tetapi juga memberi dimensi baru pada karakter-karakter yang sebelumnya dianggap sekadar musuh. Dengan begitu, pertarungan di Infinity Castle terasa lebih emosional dan penuh makna.

Salah satu momen mengejutkan adalah ketika Zenitsu akhirnya bertarung sepenuhnya dalam keadaan sadar. Biasanya, kekuatan luar biasa Zenitsu muncul saat ia pingsan karena ketakutan. Namun, di Infinity Castle, ia membuktikan perkembangan mentalnya.

Zenitsu bertarung dengan penuh kesadaran, mengendalikan jurus petir dengan ketenangan. Keberaniannya ini bukan hanya menunjukkan kemajuan kemampuan, tetapi juga pendewasaan karakter. Momen ini membuat Zenitsu benar-benar diakui sebagai pemburu iblis sejati, bukan sekadar pelengkap tim. Penonton pun melihat Zenitsu dalam bentuk terbaiknya, menjadi pilar penting dalam pertempuran yang semakin sengit.

Gyomei Himejima, Hashira Batu, akhirnya menunjukkan kenapa ia disebut sebagai Hashira terkuat. Dengan senjata rantai kapak dan kusarigama raksasa, Gyomei memperlihatkan kekuatan fisik dan teknik napas batu yang mengerikan.

Momen ini mempertegas bahwa Gyomei tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki hati yang tulus penuh doa. Setiap gerakannya memadukan kekuatan brutal dengan ketenangan spiritual. Keberadaannya memberi semangat bagi rekan-rekannya, karena ia adalah contoh sempurna Hashira yang tak tergoyahkan. Pertunjukan kekuatan Gyomei menjadi salah satu sorotan utama Infinity Castle Part 1.

Selain pertarungannya dengan Douma, Infinity Castle Part 1 juga memperlihatkan kilas balik Shinobu Kocho. Kehidupannya yang penuh kesedihan setelah kehilangan keluarga, termasuk kakaknya Kanae, membuat penonton semakin paham alasan di balik senyum lembutnya.

Shinobu ternyata menyimpan luka mendalam dan dendam yang membara. Kilas balik ini menambahkan lapisan emosi pada karakternya, menunjukkan bahwa keberaniannya melawan Douma bukan hanya karena tugas, tetapi juga janji pribadi untuk membalas dendam. Kehidupan Shinobu yang tragis membuat momen pengorbanannya semakin menyayat hati dan meninggalkan kesan mendalam.

Infinity Castle Part 1 juga memperlihatkan kemunculan singkat Upper Moon Satu, Kokushibo. Walau tidak menjadi pusat perhatian di bagian pertama, kemunculannya sudah cukup untuk menciptakan ketegangan besar. Sosoknya yang dingin dan aura menakutkan memberi isyarat bahwa pertempuran yang lebih brutal akan datang.

Momen singkat ini membangun antisipasi besar terhadap pertarungan Hashira melawan Kokushibo di bagian selanjutnya. Kehadirannya menjadi pengingat bahwa ancaman terbesar Muzan tidak hanya dirinya, tetapi juga iblis-iblis paling kuat yang siap menghadapi pemburu iblis hingga titik darah penghabisan.

Nakime, Upper Moon Empat, memegang peran vital dalam keseluruhan pertempuran Infinity Castle. Ia bertanggung jawab menciptakan dan mengendalikan dimensi kastil yang penuh jebakan dan perubahan mendadak.

Dengan ketukan biwanya, seluruh ruangan bisa bergeser, memisahkan musuh, bahkan menjebak Hashira di medan yang menguntungkan iblis. Perannya sangat penting karena membuat pasukan Muzan memiliki keunggulan taktis. Tanpa Nakime, Infinity Castle tidak akan ada, dan strategi iblis mungkin jauh lebih lemah. Kehadirannya memperlihatkan bahwa kekuatan bukan hanya soal pertarungan, tetapi juga kendali medan pertempuran yang menentukan jalannya perang.