Review Evangelion 3.0+1.01: Selamat Tinggal Evangelion!

Studio khara akhirnya merilis film terakhir dari tetralogi Rebuild of Evangelion secara streaming di seluruh dunia. Seperti apa review untuk film Evangelion 3.0+1.01: Thrice Upon a Time ini?
Jika mata kamu jeli, mungkin kamu bisa mengamati ada yang beda pada judulnya. Ya, untuk versi streaming judulnya adalah Evangelion 3.0+1.01, bukan 3.0+1.0 yang tayang di bioskop Jepang.
Perbedaan antara kedua judul tersebut cukup minor, hanya perubahan pada beberapa susunan adegan. Selain itu, tidak ada yang berubah dari sisi cerita. Namun apakah itu akan mengubah pengalaman menonton film yang jadi akhir dari serial Evangelion ini?
Review Evangelion 3.0+1.01: Thrice Upon a Time
Decisive Battle mencegah Human Instrumentality Project

Melanjutkan dari ending Evangelion 3.0, Shinji, Asuka, dan Rei tersasar di sekitar Tokyo-3 yang sudah hancur. Mereka diselamatkan oleh para pengungsi yang dibantu oleh Kredit, organisasi turunan WILLE.
Di desa pengungsi, mereka bertemu dengan kawan-kawan lama mereka. Toji menjadi dokter, menikah dengan ketua kelas Hikari, dan sudah dikaruniai anak. Sementara itu Kensuke menjadi teknisi dan pengubung antara desa dengan Kredit/WILLE.
Shinji dan kawan-kawan diterima oleh warga desa dan dibantu untuk membaur dengan bekerja untuk makanan. Mereka menikmati waktu mereka meski Shinji butuh waktu lama untuk menghilangkan traumanya. Sementara itu kondisi tubuh Rei mulai memburuk karena tidak mendapatkan suplai LCL.
Beralih ke NERV, Gendo dan Fuyutsuki memulai rencana untuk kembali mengaktifkan Evangelion Unit-13 dan menyelesaikan Human Instrumentality Project. Misato, Ritsuko, dan Mari di unit utama WILLE harus menjemput para pilot Eva untuk mencegah rencana Gendo sekali dan selamanya.
Evangelion 3.0+1.01, ucapan selamat tinggal untuk seri anime mecha emosional

Evangelion 3.0+1.01 adalah pinnacle dari anime garapan sutradara legendaris Hideaki Anno. Ia berhasil all-out menggarap film terakhir ini dengan hasil yang sangat memuaskan.
Setelah lepas dari dua film pertama yang lebih mirip retelling seri anime TV-nya, Anno mampu memberikan penutup yang selama ini ia inginkan untuk seri Evangelion. Konflik dan kisah setiap karakter utamanya akhirnya mendapatkan konklusi yang cukup memuaskan.
Seri Evangelion sering kali dikenal lewat referensi agama Abrahamiknya. Namun jangan sampai jargon-jargon seperti Adam, Lilith, Gerbang Guf atau Kunci Nebuchadnezzar mengalihkanmu dari tema utama film ini, yaitu tentang sifat legowo dan menerima keadaan, hingga apa artinya memiliki sebuah keluarga.
Dari sisi teknis, Evangelion 3.0+1.01 memadatkan seluruh ekspertise Anno dalam sinematografi anime dan film live-action. Selain mengambil beberapa inspirasi dari seri Evangelion lama, ada juga beberapa momen yang sangat unik dan bergaya khas Anno, terutama menjelang akhir film.
Penataan musik dari Shiro Sagisu membuat film keempat Evangelion ini sangat sinematik dan memiliki pengaruh dari seri tokusatsu yang sangat disukai Anno. Belum lagi ditambah lagu theme song dari Yumi Matsutoya dan Utada Hikaru yang sangat manis dan menyentuh hati.
Sayonara, subete no Evangelion!

Selama mengerjakan film Evangelion 3.0+1.01, ada banyak hal yang dihadapi Anno serta staf lain. Namun rampungnya film ini menjadi sebuah pertanda bahwa mereka mampu mengatasi masalah teknis dan pribadi selama produksi. Apalagi bagi Anno yang menjadikan film ini sebagai penutup dari episode hidupnya yang paling menyedihkan.
In the end, Evangelion 3.0+1.01: Thrice Upon a Time wajib kamu saksikan secara streaming di Amazon Prime. Bukan hanya untuk fans setianya, namun juga untuk fans anime secara umum karena Evangelion 3.0+1.01 bisa jadi merupakan akhir dari sebuah era mengagumkan dalam sejarah anime. Akhir kata, “Sayonara, subete no Evangelion! (Selamat tinggal, semua Evangelion!)”