Film ini mengikuti kisah Mahito, seorang anak yang kehilangan ibunya dalam serangan bom api di Tokyo.
Bersama ayahnya, Mahito kemudian pindah ke desa pedesaan, di mana kehidupannya berubah secara mendalam.
Ketika ayah Mahito menikahi saudara perempuan almarhumah ibunya yang sedang hamil, Mahito mulai merasakan konflik emosional yang mendalam.
Namun, cerita mengambil arah yang tak terduga ketika Mahito bertemu dengan seekor burung camar yang bisa berbicara.
Sebuah janji membawanya memasuki dunia lain, di mana ia memiliki kesempatan untuk bertemu kembali dengan ibunya.
Film ini memulai debut internasionalnya di Festival Film Internasional Toronto (TIFF), menjadi film pembuka pada 7 September di Roy Thomson Hall.
Peristiwa ini menjadi yang pertama kalinya TIFF membuka acaranya dengan film animasi dan juga pertama kalinya untuk film Jepang.
“The Boy and the Heron” menjadi film Studio Ghibli pertama yang dirilis secara bersamaan di layar IMAX, sementara juga dapat dinikmati dalam format Dolby Atmos, Dolby Cinema, dan DTS:X.
Banyak penggemar yang menantikan karya terbaru dari maestro Miyazaki ini akan menghadirkan pengalaman sinematik yang luar biasa untuk penonton di Indonesia.
The Boy and the Heron telah tayang perdana di Jepang pada 14 Juli dan berhasil menjual 1.003 juta tiket serta menghasilkan sekitar 13,2 juta dolar AS dalam tiga hari pertamanya.
Hingga saat ini, total penjualan tiket mencapai 1.353 juta, dengan pendapatan mencapai 2.149 miliar yen (sekitar US$15,53 juta) selama akhir pekan panjang.
Untuk lebih banyak informasi seputar esports dan anime, jangan lupa untuk follow akun Instagram GGWP di @ggwp_esports!