10 Film Disney Paling Terlupakan, Masih Pada Ingat?

Sebelum memiliki Star Wars, Disney mencoba membuat film luar angkasa sendiri lewat The Black Hole. Film ini mengikuti kru pesawat yang menemukan kapal luar angkasa misterius yang dikendalikan ilmuwan gila. Dengan efek visual ambisius untuk masanya, The Black Hole menjadi produksi Disney terbesar saat itu.

Berbeda dari film sci-fi ringan ala Disney, film ini memiliki nuansa gelap dan filosofis. Bahkan, ini adalah film Disney pertama yang mendapat rating PG. Meski kalah pamor dibanding film sci-fi klasik lain, The Black Hole penting sebagai bukti keberanian Disney bereksperimen di luar zona nyaman.

Film live-action klasik ini dibintangi Kurt Russell sebagai mahasiswa yang tiba-tiba memiliki otak seperti komputer setelah kecelakaan listrik. Ceritanya sederhana, penuh humor khas akhir 1960-an, dan cukup sukses hingga melahirkan sekuel serta remake.

Walau rating kritiknya biasa saja, film ini adalah kapsul waktu era live-action Disney sebelum dominasi animasi modern. Daya tarik utamanya terletak pada pesona Kurt Russell muda dan nuansa ringan yang kini jarang ditemui dalam film Disney.

Berlatar tahun 1930-an, The Rocketeer mengikuti seorang pilot stunt yang menemukan jetpack dan menggunakannya untuk melawan Nazi. Disney berharap film ini menjadi awal tren superhero mereka, namun gagal secara komersial.

Kini, The Rocketeer justru dipandang sebagai cult classic. Gaya Art Deco, tempo cepat, dan semangat Hollywood klasik membuat film ini terasa unik. Sayangnya, ia tenggelam di era kejayaan Disney 1990-an yang dipenuhi film animasi legendaris.

Diadaptasi dari novel Natalie Babbitt, film ini menceritakan gadis remaja yang jatuh cinta pada pria dari keluarga abadi. Tema tentang keabadian, cinta, dan kematian membuat Tuck Everlasting jauh lebih dewasa dibanding film remaja kebanyakan.

Meski dicintai banyak milenial, film ini jarang dibicarakan saat membahas Disney era 2000-an. Penampilan Alexis Bledel dan keberanian Disney mengangkat tema eksistensial menjadikan film ini salah satu yang paling underrated.

Mengadaptasi novel Ray Bradbury, film ini mengisahkan dua bocah yang menghadapi karnaval gelap penuh rahasia. Produksinya bermasalah karena Disney ragu menampilkan sisi tergelap cerita aslinya.

Hasilnya memang terasa tidak konsisten, tetapi atmosfer menyeramkan dan nuansa nostalgia membuat film ini tetap berkesan. Something Wicked This Way Comes adalah bukti bahwa Disney pernah berani bermain di wilayah horor ringan yang jarang mereka sentuh lagi.

Bolt bercerita tentang anjing bintang TV yang percaya dirinya benar-benar memiliki kekuatan super. Film ini muncul di masa transisi Disney Animation, sehingga sering terlupakan.

Meski tidak inovatif, Bolt memiliki penulisan solid, pengisi suara kuat, dan emosi yang bekerja efektif. Justru karena mengikuti formula klasik Disney, film ini menjadi tontonan yang hangat dan menghibur, meski jarang disebut sebagai favorit.

Sering disebut sebagai salah satu film anak paling menyeramkan, Return to Oz menampilkan sisi gelap dunia Oz yang jauh dari versi klasik 1939. Dorothy kembali ke Oz yang telah dikuasai kekuatan jahat, lengkap dengan visual mengerikan.

Film ini terlalu kelam untuk penonton 1980-an, namun kini dipuji sebagai dark fantasy berani. Fakta bahwa Disney menyetujui proyek ini terasa hampir mustahil di era modern, menjadikannya simbol keberanian kreatif studio.

Film animasi ini mengangkat kisah perjalanan waktu, masa depan, dan keluarga dengan gaya retro-futuristik. Ceritanya kompleks dan emosional, terkadang terasa berlebihan, namun tetap unik.

Di saat Disney cenderung bermain aman, Meet the Robinsons tampil berbeda. Ia mungkin bukan film sempurna, tetapi imajinasi dan pesannya tentang kegagalan serta harapan membuatnya pantas untuk dievaluasi ulang.

Mengadaptasi Treasure Island menjadi petualangan luar angkasa, Treasure Planet adalah salah satu film animasi Disney paling ambisius. Visualnya memukau, ceritanya emosional, namun gagal secara finansial.

Karena tidak sepopuler film Renaissance, film ini lama diremehkan. Kini, Treasure Planet diakui sebagai cult classic dan salah satu karya animasi Disney paling berani secara artistik.

Dirilis tepat sebelum pandemi COVID-19, Onward menceritakan dua kakak beradik elf yang ingin bertemu ayah mereka untuk terakhir kali. Film ini penuh emosi, visual indah, dan pesan keluarga khas Disney.

Karena rilisnya terganggu, Onward gagal membangun koneksi luas dengan penonton bioskop. Meski sukses di streaming, film ini masih sering terlewatkan, padahal berpotensi menjadi klasik modern.

Film-film Disney yang terlupakan bukan berarti gagal secara kualitas. Banyak di antaranya justru terlalu berani, terlalu gelap, atau terlalu berbeda untuk zamannya.

Dari sci-fi ambisius hingga animasi penuh emosi, deretan film ini membuktikan bahwa Disney pernah dan masih mampu bereksperimen. Mengingat kembali film-film ini bukan sekadar nostalgia, melainkan penghargaan atas sisi kreatif Disney yang jarang dibicarakan.

1. Apa film Disney paling terlupakan dalam daftar ini?

The Black Hole dan Return to Oz sering dianggap paling jarang dibahas.

2. Apakah semua film ini gagal secara box office?

Tidak. Beberapa sukses moderat, tapi kalah populer dari film Disney lainnya.

3. Film mana yang kini menjadi cult classic?

Treasure Planet, The Rocketeer, dan Return to Oz.

4. Apakah film Disney gelap cocok untuk anak-anak?

Tergantung usia dan sensitivitas anak, beberapa film memang lebih dewasa.

5. Di mana bisa menonton film-film ini sekarang?

Sebagian besar tersedia di Disney+ atau platform digital resmi.