Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
Review One Battle After Another, Film Politik Paling Radikal.jpg
One Battle After Another (dok. Warner Bros. Pictures/One Battle After Another)

Intinya sih...

  • Kolaborasi Perdana Paul Thomas Anderson dan Leonardo DiCaprio

  • Cerita dengan Inti Personal

  • Pengalaman sinematik premium

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Paul Thomas Anderson kembali hadir di layar lebar melalui karya terbarunya, One Battle After Another.

Film berdurasi 2 jam 42 menit ini langsung menarik perhatian karena mempertemukan Anderson dengan Leonardo DiCaprio untuk pertama kalinya.

Dengan skor penonton dan kritik yang sama-sama tinggi, film ini dinilai sebagai salah satu kandidat kuat di musim penghargaan.

Berikut lima alasan mengapa One Battle After Another layak masuk daftar tontonan.

1. Kolaborasi Perdana Paul Thomas Anderson dan Leonardo DiCaprio

One Battle After Another (dok. Warner Bros. Pictures/One Battle After Another)

Pertemuan antara sutradara dengan reputasi kritis tinggi dan salah satu bintang terbesar Hollywood membuat film ini terasa spesial.

Anderson dikenal melalui There Will Be Blood hingga Licorice Pizza, sementara DiCaprio memiliki rekam jejak box office yang konsisten.

2. Cerita dengan Inti Personal

One Battle After Another (dok. Warner Bros. Pictures/One Battle After Another)

Meski dibungkus dalam aksi politik dan komedi satir, inti cerita One Battle After Another berpusat pada hubungan ayah dan anak.

Bob Ferguson (DiCaprio), mantan revolusioner yang bersembunyi selama bertahun-tahun, harus melarikan diri bersama putrinya Willa (Chase Infiniti) ketika masa lalu menghantuinya kembali.

Narasi ini menyeimbangkan skala cerita dengan emosi yang intim, sehingga tetap mudah diterima penonton umum.

3. Pengalaman sinematik premium

One Battle After Another (dok. Warner Bros. Pictures/One Battle After Another)

Film ini diproduksi dengan standar visual dan audio yang mendorong penonton untuk menikmatinya di layar besar.

Sinematografi Michael Bauman menyajikan detail yang memikat, sementara musik garapan Jonny Greenwood menambah intensitas. Tak heran, lebih dari 50% pendapatan domestik film di minggu debut berasal dari pemutaran IMAX dan format premium lain.

One Battle After Another menawarkan pengalaman menonton yang dirancang untuk bioskop, bukan sekadar tontonan digital.

4. Ulasan Positif

Dok. Warner Bros (One Battle After Another)

Meski pembukaan domestiknya berada di angka $22,4 juta, di bawah harapan untuk produksi senilai lebih dari $130 juta, indikator lain menunjukkan potensi jangka panjang.

Film ini mendapatkan skor A dari CinemaScore dan 96% di Rotten Tomatoes. Dengan reputasi positif dari mulut ke mulut, film ini berpeluang mengikuti jejak Sinners, rilisan Warner Bros. lain yang bertahan lama di layar lebar meski tanpa basis franchise besar.

5. Relevansi dengan isu sosial masa kini

One Battle After Another (dok. Warner Bros. Pictures/One Battle After Another)

Terinspirasi dari novel Vineland karya Thomas Pynchon, One Battle After Another menghadirkan refleksi tentang ekstremisme politik, rasisme, dan dinamika sosial yang resonan dengan kondisi saat ini.

Namun, Anderson membungkus isu tersebut dalam kisah aksi penuh kejutan yang tetap menghibur. Alih-alih terasa menggurui, film ini menawarkan ruang diskusi yang luas bagi penontonnya, sekaligus menghadirkan hiburan dalam bentuk thriller politik yang segar.

In Article GGWP_.png


Editorial Team