Didik Nini Thowok menemukan kesamaan antara perempuan Bahu Laweyan dengan topeng hannya dari Jepang. (Dok. IDN Pictures)
Aktor legendaris Didik Nini Thowok yang akan tampil di film Perempuan Pembawa Sial, mengaku memahami fenomena Bahu Laweyan saat belajar di Jepang. Ia mengenal istilah seperti topeng hannya di teater Noh, serta topi tsunokakushi yang dikenakan oleh pengantin Jepang.
Topeng hannya menggambarkan roh perempuan bertaring panjang yang cemburu dan punya dendam, sementara topi tsunokakushi punya filosofi menyembunyikan keburukan pengantin perempuan. Eyan Didik menemukan hubungan antara kedua hal tersebut.
"Sebenarnya karakter menakutkan di Jepang ini menunjukkan kemarahan atau emosi seorang wanita," kata Eyang Didik. "Filosofinya adalah 'Kalau kamu perempuan mau menikah, kamu harus menutupi tanduk kamu supaya para laki-laki nggak takut.'"
Eyang Didik menambahkan, hal ini menandakan bahwa perempuan bisa sangat menakutkan jika marah, sehingga tidak boleh ada yang main-main dengannya.
"Tapi sebenarnya, di balik kemarahan seorang wanita itu, sangat-sangat luar biasa. Kenapa wanita marah? Kenapa menjadi begitu? Kan semuanya ada sebab akibat. Karena dia di-bully, disalahin," jelas Eyang Didik.
Ia melihat fenomena ini pada karakter Mirah yang diperankan Raihaanun, yang meminta tolong kepada karakternya Eyang Didik karena ia disakiti oleh orang lain.
"Kalau dari interpretasi saya, sebagai orang yang punya ilmu, saya membela perempuan ini yang disakiti. Walaupun mungkin secara alamnya keliru, saya memberikan ilmu yang kemudian balas-membalaskan," jelasnya.
Eyang Didik juga mengingatkan akan konsekuensi dari karma, karena siapapun yang menabur pasti akan menuai.