Fakta Film Horor Frankenstein (Netflix/Tudum)
Del Toro tetap menghormati struktur klasik novel Mary Shelley dengan membagi film menjadi tiga bagian, Prelude, Victor’s Tale, dan The Creature’s Tale. Setiap bab memiliki gaya narasi dan perspektif berbeda, menggambarkan pergeseran antara pencipta dan ciptaan. Editor Evan Schiff memastikan transisi antarbab tetap mengalir tanpa kehilangan emosi.
Struktur ini menegaskan dualitas kisah Frankenstein: sains melawan moralitas, cinta melawan ketakutan. Del Toro juga menambahkan pembuka di kapal es untuk memberi kerangka besar cerita, sebuah penghormatan langsung kepada novel orisinal yang ditulis Shelley saat berusia 19 tahun.
Frankenstein versi Guillermo del Toro bukan hanya kebangkitan monster klasik, tapi juga meditasi mendalam tentang makna menjadi manusia.
Dengan sinematografi megah, kostum elegan, dan musik epik, film ini menegaskan kembali posisi del Toro sebagai maestro sinema gotik modern. Bagi penggemar horor, ini bukan sekadar tontonan menyeramkan, tapi pengalaman emosional yang memadukan keindahan, tragedi, dan refleksi eksistensial yang menggetarkan hati.