Penjelasan Semua Game di Alice in Borderland Season 3

Permainan pertama Old Maid menjadi pembuka dramatis season 3. Disusun oleh Banda di dunia nyata, game ini berfungsi sebagai seleksi untuk mencari kandidat manusia terbaik yang akan membawanya kembali ke Borderlands.

Aturannya sederhana: setiap pemain mendapat satu set kartu dan harus mengambil dari dek atau pemain lain untuk menyingkirkan pasangan kartu. Namun, siapa pun yang menarik kartu Joker akan tersengat listrik mematikan dari kursinya.

Tidak ada ruang untuk kesalahan atau kepanikan. Ryuji, tokoh antagonis utama di musim ini, berhasil memenangkan permainan dengan kecerdikannya, menjadikannya satu-satunya manusia yang diberi kesempatan masuk kembali ke dunia Borderlands. Game ini menggambarkan bahwa bahkan permainan sederhana pun bisa menjadi pertaruhan hidup dan mati.

Setelah kembali ke Borderlands, Arisu langsung terlempar ke dalam permainan Sacred Fortunes. Setiap pemain harus menarik secarik kertas ramalan dan menjawab pertanyaan di dalamnya dengan benar.

Jika jawabannya salah, konsekuensinya fatal. Awalnya permainan tampak mudah, namun ketika seorang pemain salah menjawab soal matematika, tiga panah mematikan melesat dan menewaskan dua orang. Seiring berjalannya waktu, margin kesalahan semakin besar, dan korban terus berjatuhan.

Arisu sendiri mendapat pertanyaan sulit tentang populasi dunia, dan jawabannya meleset 100 juta. Hujan panah pun turun, tetapi ia menyadari bahwa slip tersebut juga memberi petunjuk arah datangnya serangan. Dengan kecerdikan khasnya, Arisu memimpin beberapa pemain tersisa bertahan hidup dan melanjutkan ke game berikutnya.

Zombie Hunt menjadi salah satu game paling rumit dan brutal. Dalam fasilitas tertutup, para pemain dibagi menjadi dua kelompok: manusia dan zombie. Mereka bertarung satu lawan satu menggunakan set kartu khusus, Zombie Card yang menular, Shotgun Card yang bisa mengalahkan zombie dengan membunuh pemiliknya, dan Vaccine Card yang mampu menyembuhkan zombie lain.

Setiap kemenangan mengubah dinamika permainan, karena yang kalah akan berubah menjadi zombie dan menularkan virus kemenangan itu. Rei, karakter baru yang diperkenalkan di sini, awalnya bergabung dengan Arisu untuk menekan jumlah zombie.

Namun, keadaan berubah kacau ketika strategi saling balas dimulai. Di akhir permainan, Arisu justru memastikan seluruh timnya menjadi zombie untuk menjamin kemenangan mutlak kelompoknya. Strategi cerdas ini menegaskan peran Arisu sebagai otak utama permainan.

Dalam Runaway Train, para pemain terperangkap di dalam kereta yang melaju kencang. Tujuan mereka adalah mencapai gerbong terakhir dan menghentikan kereta sebelum waktu habis. Setiap gerbong memiliki jebakan gas yang bisa berupa oksigen atau racun. Pemain harus menebak isi setiap ruangan dan memakai masker khusus bila menduga racun.

Petunjuknya ada pada seekor burung dalam sangkar, jika burung mati, mereka tahu telah salah memilih. Namun, dengan hanya lima tabung penyaring, setiap keputusan menjadi taruhan hidup.

Saat pemain mulai kehabisan masker, Usagi memunculkan ide berani, melompat ke kereta lain yang melintas sejajar. Aksi penuh risiko itu menyelamatkan sebagian kecil pemain, memperlihatkan keberanian dan naluri bertahan Usagi yang luar biasa.

Game semifinal ini berlangsung di menara Tokyo Tower yang megah. Pemain harus memanjat menara dan menekan tombol bernomor untuk membentuk garis horizontal, vertikal, dan diagonal di kartu bingo mereka. Namun setiap tombol yang ditekan memicu jatuhnya bola baja besar dari atas, menciptakan hujan maut.

Tantangan ini bukan hanya soal strategi, tetapi juga kekuatan fisik dan keberanian. Banyak yang gugur di tengah pendakian, tapi Usagi memanfaatkan kemampuan memanjatnya untuk mencapai puncak dan menekan tombol Free Space. Aksinya memberi kemenangan bagi timnya, mengantarkan mereka ke permainan final. Game ini simbolik, menggambarkan perjuangan menuju puncak di tengah bahaya yang menghujani dari segala arah.

Kick The Can tampak sederhana, tetapi penuh tekanan. Dalam arena tertutup, pemain harus menendang kaleng dan mengembalikannya ke tengah sebelum waktu habis. Kaleng tersebut mengandung bom waktu yang meledak jika terlambat dikembalikan.

Setiap ronde, pemain yang berhasil akan lanjut, sementara yang gagal tewas seketika. Arisu, yang saat itu sedang terluka, hampir tidak mampu mengikuti ritme permainan. Namun, dukungan timnya membuatnya mampu bertahan hingga akhir. Game ini lebih dari sekadar refleks; ia menyoroti kerja sama dan pengorbanan antarteman dalam situasi ekstrem.

Permainan paling kompleks, Possible Futures, membawa para pemain ke arena persegi berisi 25 ruangan. Setiap pemain memulai dengan 15 poin dan harus melempar dadu untuk menentukan langkah ke ruangan berikutnya. Setiap kali bergerak, satu poin berkurang, dan jika gagal melanjutkan, pemain terkunci dan membutuhkan bantuan dua orang lain untuk keluar.

Di atas setiap pintu terdapat proyeksi masa depan yang memperlihatkan kemungkinan nasib pemain berdasarkan pilihannya. Arisu menyadari bahwa proyeksi itu hanyalah manipulasi psikologis dan meminta semua pemain untuk fokus pada strategi, bukan ketakutan. Namun, banyak yang kehilangan kendali, terjebak oleh bayangan masa depan mereka sendiri.

Di akhir permainan, Arisu rela tinggal di ruangan terakhir demi menyelamatkan yang lain, tanpa menyadari bahwa keputusan itu justru jebakan dari Banda. Ia selamat, tetapi para pemain lain menghadapi bencana banjir besar di luar.

Game terakhir mempertemukan Arisu dengan sang Watchman of the Borderlands. Ia diminta memilih satu dari dua kartu tertutup, bila memilih Joker, takdirnya ditentukan oleh sang penjaga. Ketika ternyata kedua kartu adalah Joker, Arisu menuduh Watchman menipunya.

Namun, Watchman memberinya kesempatan kedua, kembali ke dunia nyata dan menghadapi penderitaan hidup, atau mati dalam kedamaian abadi. Arisu memilih kembali, berjuang menyelamatkan Usagi dari banjir besar. Dalam adegan penutup penuh emosi, keduanya berhasil kembali ke dunia nyata, meninggalkan Borderlands di belakang, setidaknya untuk saat ini.

Setiap game di Alice in Borderland season 3 tidak hanya menampilkan ketegangan dan strategi, tetapi juga perjalanan emosional para pemainnya.

Dari permainan kartu sederhana hingga pertempuran psikologis kompleks, semuanya menggambarkan perjuangan antara hidup, kematian, dan pilihan manusia. Musim ketiga ini menutup kisah Arisu dan Usagi dengan epik dan penuh makna, sekaligus meninggalkan ruang bagi kemungkinan kembalinya Borderlands di masa depan.

1. Apakah game di Alice in Borderland Season 3 benar-benar berhubungan dengan permainan kartu seperti di season sebelumnya?
   Ya, sebagian besar game di season 3 tetap mempertahankan konsep permainan kartu sebagai simbol level kesulitan. Namun, beberapa permainan kini juga menggabungkan elemen psikologis dan moral, seperti Possible Futures dan The Joker Card Choice.

2. Siapa sosok utama di balik semua permainan di season 3?
   Tokoh utama di balik permainan kali ini adalah Banda, salah satu karakter dari dunia nyata yang berhasil menciptakan sistem permainan baru di Borderlands. Ia berperan sebagai “arsitek” utama dari delapan game yang muncul di musim ketiga.

3. Apakah Arisu dan Usagi benar-benar keluar dari Borderlands di akhir season 3?
   Ya, di akhir The Joker Card Choice, Arisu memilih untuk kembali ke dunia nyata bersama Usagi. Namun, akhir cerita yang ambigu meninggalkan kemungkinan bahwa Borderlands masih bisa memanggil mereka kembali di masa depan.

4. Apa game paling mematikan di Alice in Borderland Season 3?
   Game paling mematikan adalah Zombie Hunt dan Possible Futures, karena keduanya tidak hanya menguji strategi dan fisik, tapi juga psikologi pemain. Banyak karakter tewas akibat tekanan mental dan manipulasi dalam kedua permainan itu.

5. Apakah akan ada Alice in Borderland Season 4?
   Belum ada konfirmasi resmi dari Netflix. Namun, akhir season 3 yang menampilkan kartu Joker sebagai simbol terakhir memberi petunjuk bahwa kemungkinan season 4 masih terbuka, terutama jika serial ini tetap mendapat sambutan positif dari penonton global.