Junaid Miran Siap Menuntut Film Merah Putih Karena Mencuri Asetnya

- Junaid Miran menuntut rumah produksi Merah Putih: One for All karena mencuri aset 3D buatannya tanpa izin
- Miran terkejut karena tidak diberi credit dalam film dan siap menuntut pihak yang bertanggung jawab atas ketidakadilan ini
- Miran menjual koleksi aset 3D nya dengan harga terjangkau untuk mendukung proses hukum dan memberi kesempatan pada semua orang untuk ikut berjuang demi keadilan
Kreator independen Junaid Miran bersiap untuk menuntut rumah produksi Merah Putih: One for All karena telah menggunakan aset 3D buatannya tanpa izin.
Film animasi itu disebut menggunakan beberapa aset 3D milik sang animator, tanpa sepengetahuan dirinya.
Setelah mendapatkan desakan dari netizen Indonesia, Miran memutuskan untuk mengambil langkah hukum.
1. Tanggapan Junaid Miran soal Merah Putih: One for All
Setelah trailer Merah Putih: One for All viral, netizen Indonesia dengan cepat menemukan bahwa aset 3D dalam film tersebut merupakan model premade.
Salah satu model yang paling mencolok adalah dari salah satu anak-anak tim Merah Putih asal Papua, yang berasal dari model 3D bernama Jayden buatan Junaid Miran.
"Aku terkejut karena aku tah tahu apa-apa soal ini. Aku tidak mendapatkan telepon, email, bahkan kartu pos (dari mereka)," ungkap Miran lewat akun YouTube pribadinya.
Miran menekankan bahwa kreator Merah Putih tidak memberinya credit dalam film, dan itu adalah hal yang bermasalah.
"Jika kreator film itu ingin berdiskusi, aku siap untuk mengobrol. Mungkin ke depan kita bisa berkolaborasi di masa depan," ujar Miran.
2. Junaid Miran siap menuntut Perfiki
Dalam video terbarunya, Junaid Miran memastikan bahwa ia akan menuntut pihak-pihak yang memproduksi film Merah Putih: One for All atas tuduhan pencurian aset. Nampaknya, Miran tidak mendapatkan panggilan dari tim Perfiki, sehingga ia harus mengambil jalan hukum.
"Teman-teman, suara kalian sudah didengar. Kalian mau aku berjuang? Oke, aku akan berjuang," kata Miran. "Aku siap menuntut mereka yang bertanggung jawab atas ketidakadilan ini. Aku siap bangkit dan menuntut pertanggungjawaban yang kita semua dambahkan."
Miran menjelaskan, tuntutan hukum ini akan memakan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Namun ia memutuskan untuk mendapatkan hak-haknya sebagai sebuah pembelajaran.
Sebagai bentuk apresiasi kepada netizen Indonesia yang mendukungnya, serta untuk menambah pemasukan untuk proses hukum yang berjalan, Miran menjual koleksi artwork buatannya dengan harga USD 5 atau sekitar Rp 75 ribu.
"Harganya aku buat sangat terjangkau, bukan demi keuntungan. Ini soal memberi semua orang kesempatan untuk jadi bagian dari perjuangan demi keadilan," ungkap Miran.