Review A Haunting in Venice: Detektif Poirot Hadapi Misteri Supranatural

Kenneth Branagh kembali dengan film Hercule Poirot ketiganya. Simak review A Haunting in Venice yang menyuguhkan kisah misteri yang unik dibanding 2 film sebelumnya.
Setelah kesuksesan Murder on the Orient Express dan Death on the Nile, banyak fans yang menantikan film Hercule Poirot ketiga dari Kenneth Branagh.
Namun alih-alih mengadaptasi cerita Agatha Christie yang sudah populer seperti Pembunuhan ABC atau Pembunuhan atas Roger Ackroyd, Branagh memilih Pesta Hallowe’en sebagai basis dari A Haunting in Venice.
Tak hanya itu saja, Branagh juga memasukkan twist supranatural di dalam film ini. Hantu, adegan kesurupan, dan jumpscare bisa kamu temukan di sini.
Apakah kombinasi genre misteri dan supranatural cocok dengan kisah Agatha Christie? Simak dalam review kali ini.
Review A Haunting in Venice
1. Hercule Poirot menghadapi fenomena supranatural

Italia pasca Perang Dunia II, detektif Hercule Poirot (Kenneth Branagh) telah pensiun dan kini mengasingkan diri di Venesia bersama bodyguard-nya, Vitale Portfoglio (Riccardo Scamarcio).
Suatu hari, Poirot didatangi oleh kawan lamanya, penulis Ariadne Oliver (Tina Fey) yang ingin membuktikan bahwa Poirot tidak bisa menangani kasus supranatural.
Oliver mengajak Poirot ke sebuah pesta Hallowe’en yang diadakan oleh aktris opera Rowena Drake (Kelly Reilly) di rumahnya. Faktanya, pesta itu hanyalah kedok untuk ritual pemanggilan arwah.
Anak perempuan Rowena, Alicia Drake (Rowan Robinson) meninggal secara misterius. Konon ia digentayangi arwah anak-anak yang pada zaman dahulu tewas karena ditelantarkan dokter dan perawat di rumah itu.
Ritual pemanggilan arwah Alicia dipandu oleh cenayang bernama Joyce Reynolds (Michelle Yeoh), dan dihadiri oleh beberapa orang terdekat Rowena dan Alicia.
Meskipun Poirot bisa mengungkap bahwa Joyce adalah seorang penipu, berbagai fenomena mistis terjadi di rumah Rowena.
Satu per satu, peserta ritual pemanggilan arwah dibunuh dengan cara misterius. Bahkan, Poirot pun hampir tewas.
Masih percaya bahwa ada alasan logis di balik semua fenomena ini, Hercule Poirot berambisi untuk menyelesaikan kasus ini sebelum pagi menjelang.
2. Kisah klasik Agatha Christie dalam genre supranatural

Sekilas, A Haunting in Venice terlihat seperti sebuah film horor tipikal. Walaupun benar adanya, film ini tetaplah sebuah film misteri detektif pada umumnya.
Di film ini, Hercule Poirot sebagai tokoh utama melakukan aksi investigasi mulai dari mewawancarai saksi, menyelidiki TKP, hingga mengungkap teorinya.
Menariknya, cerita asli Pesta Hallowe’en hanya menjadikan unsur mistis sebagai latar belakang saja. A Haunting in Venice merupakan reimajinasi yang memasukkan elemen supranatural.
Setting lokasi, karakter, dan motif pembunuhan disesuaikan untuk sebuah cerita horor. Elemen horornya pun, meski hanya jadi pelengkap namun dieksekusi dengan cukup baik.
3. Kesimpulan review A Haunting in Venice

Kenneth Branagh cukup berani dengan mengambil adaptasi novel Agatha Christie yang tergolong underrated.
Ada alasannya kenapa saat membicarakan karya Christie, judul yang sering dibahas itu lagi itu lagi. Karena itu Branagh juga mengambil risiko untuk melakukan penyesuaian.
Pesta Hallowe’en dipilih karena bisa memasukkan elemen supranatural tanpa menghilangkan esensi kisah Hercule Poirot dan cerita Agatha Christie.
Meskipun elemen supranatural-nya bersifat komplementer terhadap kisah misteri tipikal Christie, A Haunting in Venice masih asyik disimak oleh pecinta horor dan para geek Christie.
A Haunting in Venice sudah bisa disaksikan di bioskop.
Untuk lebih banyak informasi seputar esports dan film, jangan lupa untuk follow akun Instagram GGWP.ID di @ggwp_esports!
Rating: 8/10