Review Gran Turismo: Kisah Nyata Gamer to Racer yang Mendebarkan

25 tahun yang lalu, Kazunori Yamauchi (Takehiro Hira) menciptakan game Gran Turismo untuk PlayStation original. Game ini kelak akan mengubah arah dari masa depan game balapan.

Di masa kini, marketing eksekutif Nissan Danny Moore (Orlando Bloom) terbang ke Jepang untuk mencetuskan ide gila: menjadikan gamer Gran Turismo pembalap untuk tim Nissan.

Ide tersebut disetujui, dengan syarat Danny bisa menemukan pelatih yang mumpuni. Setelah merekrut mekanik Jack Salter (David Harbour), program GT Academy pun lahir.

Gamer tercepat di Gran Turismo pun dikumpulkan. Salah satunya adalah Jann Mardenborough (Archie Madekwe), gamer asal Cardiff, Wales yang bermimpi untuk terjun ke dunia balap.

Jann berasal dari keluarga pesepak bola. Ayahnya, Steve (Djimon Hounsou), mantan pemain Cardiff City, melihat Jann hanya menyia-nyiakan masa depannya. Hanya ibunya Lesley (Geri Halliwell Horner) yang memahami keinginan Jann menjadi seorang pembalap.

Lolos dari babak kualifikasi Eropa, Jann diterbangkan ke Silverstone, Inggris bersama peserta lain untuk mengikuti pelatihan.

Jann dan peserta lain nampak meremehkan regimen latihan dari Jack karena mereka diforsir secara fisik dan mental hingga ke batasnya.

Akankah mimpi Jann untuk menjadi seorang pembalap mobil terwujud, atau ia harus kembali ke Cardiff dan membuktikan bahwa ayahnya benar?

Mengangkat Gran Turismo ke layar lebar mungkin adalah sebuah ide yang tidak masuk akal. Namun, Sony punya cara pintar dengan menyadur kisah nyata salah satu gamer yang memainkannya.

Cerita nyata Jann Mardenborough yang mengawali karir sebagai gamer Gran Turismo tanpa satu pun pengetahuan nyata soal motorsport, hingga menjadi seorang pembalap profesional, menjadi template kisah zero to hero yang menegangkan.

Di film ini, Jann terlibat langsung sebagai produser serta stunt driver. Ia memastikan detail-detail kecil dalam hidupnya tampil seakurat mungkin.

Meski demikian, terdapat beberapa hal yang tidak terjadi di dunia nyata. Ada beberapa fakta yang dihilangkan, serta kejadian hidup yang disusun ulang untuk menciptakan cerita dramatis.

Hype film biopik seperti Oppenheimer memang masih segar di kepala, namun jangan berharap untuk mendapatkan tingkat akurasi cerita yang sama saat menonton Gran Turismo.

Aksi balapan yang disuguhkan terlihat cukup realistis dan menegangkan. Ini berkat usaha sutradara Neill Blomkamp untuk menyajikan balapan senyata mungkin.

Aksi salip-menyalip membuat sport jantung berkat angle-angle dinamis yang bisa membuat mata penonton tetap menempel di depan layar.

Penggunaan efek CG bisa dibilang mixed bag, karena di satu adegan terlihat menarik, dan di adegan lain terasa sangat berlebihan dan sangat terlihat palsu.

Proses shooting didominasi di area sirkuit Hungaroring, Hungaria. Tim CG harus mengubah tampilan sirkuit ini menjadi berbagai sirkuit lain di dunia, seperti Nurburgring dan Le Mans.

Hal ini menjadi poin minus tersendiri karena membuat filmnya terasa kurang otentik.

Untuk fans Gran Turismo, mungkin menonton film ini akan terasa seperti makan snack kopong.

Film ini mencentang banyak hal yang sepatutnya ada di dalam sebuah film balapan. Namun film ini tidak memiliki kesempurnaan detail yang tinggi layaknya game Gran Turismo itu sendiri.

Tapi jika kamu sekedar ingin menonton film balapan dan drama olahraga yang oke, Gran Turismo mampu memenuhi dahaga kamu akan hal tersebut.

Gran Turismo sudah bisa ditonton di bioskop terdekat. Untuk lebih banyak informasi seputar esports dan film, jangan lupa untuk follow akun Instagram GGWP.ID di @ggwp_esports!

Rating: 8/10