Satria Dewa Gatotkaca mampu memberikan pengalaman menonton film superhero Indonesia yang ringan untuk diikuti tapi masih cukup berbobot. Film ini tidak berusaha untuk jadi deep dan filosofis, namun masih tetap menghibur dan punya pesan moral yang bisa dipetik.
Aksi pertarungan relihat legit, apalagi ada keterlibatan Yayan Ruhian sebagai Beceng dan Cecep Arif Rahman sebagai Pandega. Koreografi aksi memiliki bobot dan juga ditata dengan apik sehingga terasa menegangkan.
Elemen CG jadi salah satu kekuatan utama film Satria Dewa Gatotkaca. Namun penggunaan CG dibatasi hanya di adegan yang benar-benar membutuhkannya. Hanung Bramantyo sebagai sutradara bisa memberikan sinematografi yang sedap dipandang.
Hanya saja, enjoyment dari film ini cukup terganggu dengan berbagai product placement yang sangat in your face. Memang tidak salah melakukan product placement, namun dalam kasus Satria Dewa Gatotkaca hampir tidak ada seninya. Jadi nggak ada bedanya dengan iklan di dalam sinetron TV.
Yang paling parah tentu saja pada adegan yang melibatkan karakter Punakawan seperti Semar (Butet Kertaredjasa), Petruk (Gilang Bhaskara), Gareng (Indra Jegel), dan Bagong (Rigen). Sudah jelas-jelas iklan sambil sebut merek, adegannya nggak ada kaitannya dengan cerita dan justru merusak pacing film.
Kesmapingkan kekurangan fatal di atas, Satria Dewa Gatotkaca cukup mengasyikkan untuk diikuti. Harapannya, film ini bisa jadi kickoff yang bagus buat film lain di Satria Dewa Universe. Jika kamu suka dengan kisha superhero Indonesia khususnya yang bertema pewayangan, film ini tak boleh dilewatkan.