Korban deepfake tidak hanya datang dari kalangan selebritis, tetapi juga dari kalangan politisi! Misalnya, wajah Presiden Argentina, Mauricio Macri yang diganti dengan wajah Adolf Hitler. Atau wajah Angela Merkel yang diganti dengan Donald Trump.
Apabila sulit untuk membayangkan bagaimana deepfake bekerja, cukup bayangkan dua orang yang wajahnya diganti dengan face-swap, namun dengan hasil yang lebih halus.
Para politisi ini foto dan videonya diedit sedemikian rupa dengan berbagai alasan. Selain sebagai bentuk ejekan, olok-olok atau hinaan, deepfake juga dipakai sebagai bentuk protes.
Ketua Komite Intelijen Rumah Amerika Serikat menyebut deepfake sebagai “…berita palsu murah yang sangat mudah dibuat.”