Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel GGWP lainnya di IDN App

Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi yang ada di Pulau Jawa meletus dan membuat warga melakukan pengungsian.

Tahun 2020 seolah menjadi tahun yang kurang menyenangkan bagi banyak pihak, apalagi dengan adanya berbagai peristiwa alam.

Gunung Semeru meletus

Meletusnya Gunung Semeru ini disertai dengan luncuran awan panas sejauh tiga ribu meter.

Masyarakat juga diimbau mewaspadai gugurnya lava dari kawah Gunung Semeru Jongring Seloko.

Sebelumnya Gunung Semeru memuntahkan guguran dan lava pijar untuk kedua kali pada Sabtu, (28/11/2020) dengan jarak luncur lebih jauh dibandingkan luncuran lava pijar pada Jumat, (27/11/2020).

Berstatus waspada

Status Gunung Semeru berada pada level II atau waspada. Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius empat kilometer di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif.

Karena merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru (Jonggring Saloko) sebagai alur luncuran awan panas.

Kabid Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang, Wawan Hadi Siswoyo meminta masyarakat waspada dan mematuhi rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

“Kami imbau masyarakat juga mewaspadai gugurnya kubah lava di Kawah Jonggring Saloko dan mematuhi rekomendasi PVMBG seiring dengan Gunung Semeru statusnya waspada,” ungkapnya.

Seperti dilansir dari lumajangsatu.com, warga Pronojiwo juga menginformasikan bahwa erupsi gunung Semeru membuat air hujan berubah coklat karena bercampur dengan abu vulkanik. Di Dusun terdekat dengan puncak Semeru juga tercium bau belerang.

“Sekarang di Pronojowo warga pada keluar rumah, warga khawatir dan mengungsi secara mandiri,” pungkasnya.

Editorial Team

EditorD.L.Tommy