Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Lulus SMK Langsung Kerja? Kemendikbud Akan Siapkan Ekosistem Link and Match!

Konsep “Pernikahan massal” antara pendidikan vokasi (SMK, D1, D2, D3, dan D4) dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendapat respons positif dari pelaku industri.

Wakil Ketua Komite Tetap Pelatihan Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Miftahudin, mengatakan kemitraan yang terjalin menjadi kunci agar pendidikan vokasi dapat segera beradaptasi dengan cepatnya perubahan di industri dan dunia kerja.

Pada sesi Webinar Peluncuran Program Upskilling dan Reskilling Guru SMK dan Bantuan Pemerintah Bidang Kemitraan dan Penyelarasan dengan DUDI, Miftah menjelaskan bahwa demografi menjadi peluang sekaligus tantangan, baik bagi institusi pendidikan vokasi maupun industri.

Pemerintah akan rumuskan link and match agar lulusan SMK bisa match dengan industri

Dalam waktu 15 tahun ke depan, Indonesia setidaknya harus menyiapkan lapangan kerja yang cukup bagi angkatan kerja. Jika tidak, maka jumlah pengangguran baru akan mengalami peningkatan signifikan.

“Maka dari itu link and match menjadi penting. Sekarang mulai kita rumuskan supaya lulusan pendidikan vokasi, seperti SMK bisa match dengan industri. Kita membangun kemitraan untuk menjembatani lulusan SMK dengan dunia kerja. Kami menyambut baik konsep pernikahan yang dirancang Kemendikbud, namun harus pernikahan yang direstui oleh kedua belah pihak,” tutur Miftah, Selasa (30/6).

Strategi yang perlu diselaraskan oleh pendidikan vokasi dengan industri adalah membangun ekosistem kerja sama yang kondusif, terutama sektor-sektor industri yang bertransformasi secara pesat, seperti teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) serta membutuhkan respons yang cepat dalam penyiapan bisnis dan sumber daya manusia (SDM) yang mengisinya.

Lulusan SMK juga dituntut bisa beradaptasi antar keahlian

“Laju perubahan setiap industri tidak sama. Maka dari itu, dalam menyiapkan SDM perlu juga untuk menguatkan ekosistem pendukungnya. Ekosistem ini bisa dalam bentuk lembaga dan cara kerja. Diharapkan dengan ekosistem yang kondusif, mampu menjawab tantangan di dunia kerja,” terangnya.

Artinya, para lulusan SMK dituntut untuk bisa beradaptasi dari satu keahlian ke keahlian lainnya. Kemampuan ini belum secara eksplisit masuk ke dalam kurikulum pembelajaran SMK. Industri biasanya akan mengulik kemampuan untuk belajar melalui wawancara dengan bantuan psikolog.

Kemendikbud sudah membentuk Forum Pengarah Vokasi untuk mewujudkan ekosistem baru ini

Sementara, Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kemendikbud, Ahmad Saufi, menanggapi bahwa pihaknya telah membentuk Forum Pengarah Vokasi (FPV) sebagai komitmen membangun ekosistem kemitraan yang baik antara pendidikan vokasi dengan DUDI.

Forum ini beranggotakan para pelaku industri beserta pemangku kepentingan terkait untuk dilibatkan dalam meramu kurikulum berbasis kebutuhan industri hingga pada proses perekrutan lulusan.

“Fungsi untuk membangun ekosistem kerja sama yang kondusif sudah ada di Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI. Kami diberikan tugas untuk menjadi katalis, menyusun norma, standar dan kriteria link and match, kemudian menikahkan pendidikan vokasi dengan industri. Kerja sama yang dibangun ini harus berbasis simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan,” ucap Saufi.

Saufi pun mengingatkan kepada satuan pendidikan vokasi untuk mendukung program kemitraan dan penyelarasan ini dengan cara memberikan ruang sebesar-besarnya kepada anak didik untuk mengembangkan berbagai macam skill. Para siswa juga diharapkan masuk SMK karena passion-nya.

Share
Topics
Editorial Team
Audi Eka Prasetyo
EditorAudi Eka Prasetyo
Follow Us