Blunder! 5 Keputusan EA Games Ini Malah Bikin Fans Benci dan Murka

Tak setiap keputusan bisa menyenangkan semua orang. Temasuk beberapa keputusan EA Games menyangkut bisnis game mereka. Terlepas dari fakta bahwa EA sering menyandang gelar perusahaan terburuk di Amerika, banyak yang berpendapat bahwa sebenarnya EA jauh lebih buruk dari yang dibayangkan.
Ada beberapa keputusan yang mereka buat dinilai fans sangatlah mengecewakan. Kenapa bisa begitu? Berikut ulasan 5 keputusan EA Games yang membuat mereka dibenci oleh para fans.
1. Pembunuh studio/developer

Salah satu aib terbesar yang dimiliki oleh EA adalah predikat ‘studio-killer’ yang mereka sandang. Hampir setiap studio/developer berbakat yang dibeli oleh EA, selalu berakhir ditutup tanpa alasan yang jelas.
Pandemic, Bullfrog, Mythic dan juga Visceral, merupakan nama dari beberapa developer yang jatuh ke dalam jurang ‘kekejaman’ EA.
Bagian terburuk lainnya? ketika sudah memiliki studio/developer tersebut, EA seringkali mengutak-atik kebijakan di dalamnya dan membuat segalanya menjadi jauh lebih buruk, seperti memasukkan microtransactions ke dalam Dead Space 3.
2. Origin

EA meluncurkan Origin sebagai layanan mereka sendiri, di mana pemain dapat membeli game buatan mereka dan memainkannya melalui layanan tersebut. Secara garis besar, Origin punya konsep yang serupa dengan Steam, namun dengan sifat yang buruk dan sangat ‘memaksa’.
EA membatasi gamers agar tidak dapat menemukan game buatan mereka di layanan lain, seperti Steam misalnya, dan mewajibkan pemain untuk membeli game mereka via Origin saja. Tentu saja, keputusan seperti ini sangatlah tidak masuk akal untuk diimplementasikan ke dalam bisnis industri video game.
3. Online-Pass

Meskipun sudah sepenuhnya hilang sekarang, fakta bahwa Online-Pass pernah diterapkan oleh EA, menjadi bukti seberapa buruknya EA di zaman dahulu.
Sederhananya, game dengan Online-Pass dibekali dengan kode yang hanya dapat diunduh satu kali saja, untuk mengakses aspek multiplayer dari game tersebut.
Itu artinya, ketika game tersebut dijual kembali, aspek multiplayer yang ada di dalamnya sepenuhnya terkunci dan tidak dapat diakses.
Hampir setiap judul dari EA Sports, dibekali dengan fitur ‘serakah’ yang satu ini. Parahnya, EA pernah melangkah lebih gila lagi, dengan menerapkan fitur ini ke dalam Kingdoms Of Amalur: Reckoning yang notabene sepenuhnya game single-player.
4. Microtransaction pada Star Wars Battlefront 2

Star Wars Battlefront 2 dirilis sebagai sebuah game dengan struktur ‘pay-to-win’, di mana pemain ‘kaya’ bisa dengan mudah mendominasi permainan, dan mengalahkan pemain-pemain ‘miskin’. Keputusan seperti ini sebenarnya wajar untuk game berbasis free-to-play.
Namun dengan fakta bahwa Star Wars Battlefront 2 dijual dengan harga penuh, membuatnya jadi keputusan yang sangat menjijikkan. Bahkan, EA seakan memaksa pemain untuk melakukan transaksi busuk semacam ini, dengan membuat waktu untuk mendapatkan karakter menjadi sangat panjang (sekitar 40+ jam bermain untuk mendapatkan satu karakter).
5. Day-One DLC

Downloadable Content alias DLC, sebenarnya bukanlah hal yang buruk dalam sebuah video game. Namun, merilisnya di hari pertama dari perilisan game itu sendiri (Day-One DLC), seperti yang sering dilakukan oleh EA, membuatnya nampak seperti keputusan yang sangat memalukan.
Jika diibaratkan, EA seakan memotong konten dari game yang mereka buat, lalu menjual potongan konten tersebut secara terpisah, demi mendulang ekstra uang darinya. Ini merupakan praktik ‘mata duitan’ yang hingga kini masih dipertahankan oleh EA.
Dengan The Sims 4 menjadi contoh paling parah, di mana di hari pertama perilisannya, 5 DLC yang dijual secara terpisah juga ikut dirilis.
Baca Juga : Pengen Jadi Developer Games? Kamu Harus Tahu 7 Suka Duka Ini
Lewat praktik-praktik bisnis “mata duitan” ini, wajar jika penerbit game semacam EA jadi dibenci para gamer. Apakah kamu masih memainkan game-gamenya?
Sumber : IDN Times