Kilas Balik Nasib Game Esports di Indonesia Tahun 2019

Tahun 2019 ini dikatakan banyak pihak menjadi puncak perkembangan esports di Indonesia. Paling tidak dikatakan lebih baik dari perkembangan di tahun-tahun sebelumnya.
Namun jika dipilah berdasarkan game-game esports, maupun perkembangan turnamen dan ragam turnamennya, apakah bisa dikatakan berkembang dari tahun lalu? Belum tentu.

Paling berkembang di tahun 2019 ini jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya adalah ranah mobile. Semakin menjamurnya turnamen yang berbanding lurus dengan beragamnya genre game mobile yang dipertandingkan menjadi faktor paling mempengaruhi berkembangnya esports di Indonesia.
Sebut saja Mobile Legends, PUBG Mobile dan Free Fire, trio game mobile yang ramai dimainkan, bahkan juga ramai turnamennya, hingga kemegahan ketika pelaksanaan event. Tetapi apakah seluruh esports game mobile juga menanjak? Tidak.

Vainglory? Mau tidak mau harus ikhlas disandangkan gelar dead game bahkan oleh mantan playernya. AOV tidak bisa dikatakan mati, namun untuk bersinarpun kalah gemerlap. Tetapi konsistensi jenjang turnamen hingga menjadi nomor esports di Sea Games 2019 masih menunjukkan konsistensinya.
‘Pemain’ baru? Ada, bahkan dengan genre yang juga baru yaitu auto battler. Chess Rush dan Auto Chess sudah mulai menggeliat di tahun 2019 ini, serta jangan lupakan COD Mobile. Menarik untuk disimak bagaimana nantinya di tahun 2020.

Dari ranah PC sendiri, di Indonesia nampaknya harus ikhlas dikatakan ‘begitu-begitu’ saja, jika tidak mau dikatakan meredup. Game esports PC maupun turnamennya di Indonesia juga masih menghadirkan nama Dota 2, Point Blank, PUBG.
Namun ingat, game esports PC lain seperti Hearthstone, CS:GO, Rainbow6, bahkan Fortnite sesekali mulai menggeliat, setidaknya di kalangan komunitas masing-masing game.

Menariknya adalah konsol game yang masuk kategori esports yang di tahun 2019 semakin menjamur dan menancapkan pondasinya. Sebut saja franchise PES, FIFA dan Tekken 7 yang semakin konsisten menjadi bagian dari rangkaian turnamen esports.
Bicara tentang turnamen esports, tahun 2019 ini turnamen nasional semakin menjamur. Mulai banyaknya sponsor dari luar ranah peripheral maupun manufaktur PC, smartphone hingga konsol menjadi salah satu pendorong kuantitas turnamen esports di Indonesia.

Selain itu, liga dari tiap game juga ada yang konsisten. Sebut saja ASL untuk game Arena of Valor, MPL yang berkembang dengan menerapkan konsep franchise, hingga PUBG Mobile yang terus konsisten dengan jenjangnya dan Free Fire yang menggebrak dengan banyaknya turnamen yang berjenjang hingga ke internasional.
Tetapi bukan berarti bisa dikatakan 100 persen lebih berkembang dibanding 2018. Pada tahun 2019 ada satu ‘kehilangan’ di Indonesia yaitu turnamen esports Dota 2 yang tidak dihiasi skala internasional. Tahun 2018 ada GESC dengan kehadiran tim-tim internasional besar, sedangkan 2019 tidak ada. Ya walaupun di Point Blank ada PBWC.

Paling berasa berkembang adalah turnamen esports untuk mobile. Beragam turnamen skala komunitas, nasional hingga internasional hadir di Indonesia, mulai dari yang diadakan developer, publisher, hingga payment gateway dan juga instansi pemerintah. Bahkan BUMN pun mulai mengadakan berbagai turnamen esports di tahun 2019 ini.
Tentu ingat rangkaian KAI Fair kan? Dan pastinya tidak akan lupa dengan konsistensi BEKRAF Game Prime yang selalu hadir dari tahun ke tahun sejak 2017. Tambahan juga dengan adanya Piala Presiden 2019, yang kemudian kini dilanjutkan dengan Piala Presiden 2020.