Korbannya Banyak, Ini 10 Tokoh Psikopat Paling Sadis Sepanjang Sejarah

Orang-orang yang memiliki sifat psikopat sebenarnya sudah ada sejak lama. Mereka mempunyai banyak korban atas sifatnya tersebut. Berikut 10 psikopat paling sadis yang dikenal sepanjang sejarah.
Raja Leopold II

Di bawah pemerintahannya yang brutal, jutaan orang Kongo tewas. Perkiraan angka kematian sangat bervariasi, yang diperkirakan antara 5 sampai 20 juta korban.
Tujuan Leopold adalah mengekstraksi karet dan gading dari wilayah Kongo. Untuk melakukannya, ia menggunakan tenaga kerja paksa yang bekerja keras di bawah ancaman mengerikan dari pasukannya, Force Publique.
Laki-laki yang gagal memenuhi kuota gading dan emas akan dimutilasi. Jika lelaki itu tidak dapat ditangkap, atau jika ia masih membutuhkan kedua tangannya untuk bekerja, pasukan Force Publique akan memotong tangan istri atau anak-anaknya.
Pol Pot

Pol Pot membentuk masyarakat tani Komunis, di mana seluruh kota Kamboja dikosongkan dan 2 juta penduduk dipaksa untuk tinggal dan bekerja di pedesaan. Mereka dipaksa menjadi budak. Pekerjaan dimulai dari jam 4 pagi sampai jam 10 malam.
Selain kerja paksa, warga Kamboja juga mengalami malnutrisi, perawatan medis yang buruk, dan eksekusi jika berani melawan. Yang terburuk dari semuanya adalah eksekusi massal oleh Khmer Merah, yang dilakukan dengan menggunakan palu, gagang kapak, sekop atau batang bambu yang diasah.
Pembunuhan itu menargetkan para intelektual, profesional perkotaan, terduga simpatisan asing, penentang komunisme, dan lainnya.
Ivan the Terrible

Pada awalnya Ivan memiliki reputasi yang baik. Sayangnya reputasi ini berubah karena sejumlah kekejaman dalam ekspansi, dan kecenderungannya untuk mengendalikan penduduk melalui aturan militer yang ketat.
Pada 1570, Ivan mendapat berita bahwa elite kota Novgorod berencana membelot ke Polandia. Ia dan pasukannya kemudian membangun tembok di sekeliling kota untuk mencegah pelarian dan mengumpulkan warga sipil, menyiksa dan membunuh antara 500-1.000 orang di hadapannya.
Ivan bahkan memukul menantunya sendiri yang sedang hamil sampai keguguran, karena mengenakan pakaian yang tidak sopan. Ketika putra Ivan mengetahui hal tersebut, keduanya langsung bertengkar, dan Ivan akhirnya membunuh putranya sendiri dengan sebuah pukulan keras di kepalanya.
Elizabeth Bathory

Elizabeth Bathory bertanggung jawab atas penyiksaan dan pembunuhan ratusan gadis antara tahun 1585 dan 1610.
Dia akan menyiksa gadis-gadis sambil telanjang, memaksa mereka untuk memakan daging mereka sendiri, menusuk mereka dengan jarum, atau membakar bagian-bagian wajah, alat kelamin dan potongan-potongan lain dari daging mereka.
Bathory akan menyiksa mereka selama berminggu-minggu, dan banyak yang akan kelaparan atau dibakar sampai mati. Juga diyakini secara luas bahwa dia sering mandi dengan darah korbannya, karena percaya itu akan membantu mempertahankan masa mudanya.
Heinrich Himmler

Himmler menjabat sebagai kepala pasukan polisi terpadu di Jerman dan juga memegang komando kamp konsentrasi Jerman. Ia mengatur dan memastikan bahwa kereta kematian berjalan tepat waktu, serta mengatur secara ketat standar efisiensi pembunuhan di dalam kamp.
Keputusannya menyebabkan kematian sekitar 11 juta orang, termasuk orang Yahudi, Polandia, Rusia, komunis, dan kelompok lain yang dianggap layak mati oleh Nazi.
Dikatakan bahwa rumah Himmler berisi furnitur dan buku-buku yang terbuat dari tulang dan kulit para korban Yahudi.
Adolf Eichmann

Sama seperti Himmler, Adolf Eichmann adalah salah satu aktor utama dalam peristiwa Holocaust. Dia adalah bagian penting dari Konferensi Wannsee tahun 1942, di mana para pemimpin Nazi pertama kali mengoordinasikan rencana Holocaust.
Begitu semuanya berjalan, Eichmann memimpin deportasi massal orang-orang Yahudi ke kamp-kamp konsentrasi, tanpa lelah bekerja untuk mengatur transportasi, pembunuhan, dan pembuangan korban Holocaust yang sebagian besar adalah orang Yahudi yang berasal dari Eropa Timur.
Josef Mengele

Mengele terkenal dengan eksperimennya terhadap anak kembar. Ia akan menuangkan bahan kimia ke mata mereka untuk melihat apakah akan berubah warna, mencoba untuk mengubah jenis kelamin mereka, dan benar-benar menjahitnya untuk melihat apakah mereka akan menjadi kembar siam atau tidak.
Dia bereksperimen pada ribuan anak kembar, dan hanya sebagian kecil yang selamat. Terkadang ia akan memaksa orang tua untuk membunuh anak-anaknya sendiri, menyiksa anak-anak untuk melihat berapa lama mereka akan bertahan hidup, atau memukuli tahanan sampai mati.
Tomás de Torquemada

Pengadilan Inkuisisi diciptakan oleh monarki Spanyol untuk menyingkirkan siapa pun yang mereka yakini sebagai ancaman bagi Gereja Katolik Roma di Spanyol. Inkuisisi ini menyebabkan kematian, penyiksaan, dan pemerkosaan ribuan korban tanpa bukti yang jelas.
Torquemada bahkan menciptakan beberapa teknik penyiksaan khusus untuk mereka. Skema penyiksaan ini termasuk garrucha (menarik lengan dan kaki korban dari sendinya), toca (air dipaksa turun ke tenggorokan korban) dan porto (tali ketat diikat di sekitar korban untuk menghentikan aliran darahnya).
Vlad The Impaler

Vlad pernah mengadakan makan malam, di mana ia mengundang semua orang yang menyuarakan perlawanan kepadanya. Ketika mereka tiba, dia menikam mereka semua, menusuk tubuh mereka yang masih mengejang dengan paku agar semua penduduk kota bisa melihatnya.
Karena taktik ini begitu efektif untuk menakut-nakuti musuh-musuhnya, Vlad pun mulai menyula semua orang yang menentangnya. Tak lama kemudian, orang-orang mulai memanggilnya Vlad the Impaler.
Sesuai dengan namanya, dia menusuk 20.000 dari 80.000 total korban di bawah rezimnya dengan paku untuk mengirim pesan kepada musuh-musuhnya. Dia akhirnya meninggal saat berperang melawan Ottoman sekitar tahun 1476/1477.
Jim Jones

Jones memulai Koloni Jonestown-nya di Guyana sebagai tempat bagi sekte Kuil Rakyat-nya untuk melarikan diri dari apa yang dia anggap sebagai tekanan hidup modern Amerika.
Jones telah menanamkan begitu banyak ketakutan pada para pengikutnya sehingga mereka percaya para pejabat pemerintah akan membawa mereka ke kamp konsentrasi untuk membunuh mereka. Takut mati sebagai tawanan di Amerika Serikat, mereka bersatu di sekitar Jones untuk mendukungnya.
Alih-alih membantu mereka, Jones justru membunuh mereka semua, mencampur sejumlah besar Kool-Aid dengan sianida, dan menyuruh mereka untuk meminumnya bersama dengan anak-anak mereka. Pada hari yang sama, dia bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri.
Sumber: idntimes.com