Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

[EKSKLUSIF] Ketua Umum IESPA Paparkan Kronologi Perihal Pemotongan Hadiah Sea Games 2019

Baru-baru ini ketua umum IESPA, Eddy Lim, memaparkan kronologi perihal pemotongan hadiah Sea Games yang belakangan sedang ramai diperbincangkan.

Diwawancara langsung oleh penulis, Eddy Lim menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan potongan sebenarnya merupakan kesepakatan yang sudah diketahui dan ditandatangani oleh pemain bahkan sebelum berangkat dan bertanding.

Adapun pemotongan yang dimaksud merupakan kontribusi untuk organisasi yang disepakati untuk nantinya digunakan organisasi untuk banyak hal seperti operasional, pembinaan, dan lain-lain mengingat organisasi ini adalah non profit.

“Cabor (cabang olahraga) lain ada juga yang melakukan. Mungkin ada juga yang tidak. Pemotongan itu untuk organisasi untuk operasional dan lainnya, dan hal itu sudah merupakan kesepakatan yang ditandatangani, ada tanggalnya, sebelum berangkat pun.” Kata Eddy Lim.

“Kalau sudah menang, sudah mesti bayar (tanpa kesepakatan) baru dipotong, itu namanya malak.” Lanjut Eddy Lim.

“Mengapa sejak penandatanganan kesepakatan tersebut tidak ada masalah dan lancar-lancar saja, dan baru-baru ini malah dipermasalahkan?” kata Eddy Lim.

Mengenai surat yang disepakati, penulis dan pewarta lainnya yang juga mewawancara hari ini, Senin (16/12), melihat kontrak yang gambarnya ditunjukkan melalui layar ponsel milik Erlangga Putra selaku asisten manager Timnas esports di Sea Games 2019 kemarin.

Kesepakatan tersebut berisikan mengenai penerimaan atlet atas bonus yang akan dipotong, kemudian adanya hal yang harus dipatuhi serta sanksi jika ada atlet yang indisipliner, dan ditandatangani pemain tertanggal 27-9-2019, jauh sebelum pemain berangkat dan bertanding.

Mengenai beredarnya kabar bahwa ada surat yang disodorkan ke coach saat setelah menang, hal tersebut dikatakan sebagai kesalahan dari administrasi.

Eddy Lim menjelaskan bahwa pada bulan September, coach memang tidak ada surat kesepakatan dan kabar pembicaraan pemotongan padahal tidak ada kesepakatan merupakan kesalahan admintrasi. “Kalau tidak tanda tangan (bulan September), saya sudah katakan ke administratif, ‘kamu tidak berhak dan tidak bisa meminta tanda tangan atau memotong’.”

“Ini kesalahan dari administasi kita. Sudah dikasih tahu semua dipotong, tapi ternyata saat itu yang tanda tangan hanya atlet. Coach itu tidak tanda tangan. Karena coach tidak tanda tangan, kita tidak berhak meminta. Makanya saya sudah katakan ke internal, itu kesalahan kalian (internal). Jadi yang belum tanda tangan (kesepakatan) tidak akan dipotong” tutur Eddy Lim.

“Masalah itu juga kita sudah bicarakan secara internal. Itu masalah komunikasi” tambah Erlangga Putra yang hadir bersama Eddy Lim.

Untuk bonus yang didapatkan atlet memang belum cair, dan nantinya akan diberikan oleh pemerintah langsung ke atlet. IESPA selaku induk olahraga tidak menerima dana bonus atlet, atau dengan kata lain, nantinya baru akan meminta ke atlet ketika atlet sudah menerima bonus sebagai kesepakatan yang ditandatangani pada bulan September 2019 silam.

Mengenai rumor adanya tekanan ke pemain yang dikatakan harus menandatangi, Eddy Lim mengatakan sama sekali tidak ada tekanan ketika pemain menandatangani kesepakatan tersebut.

Satu lagi tambahan mengenai organisasi non profit yang dipertanyakan oleh komunitas karena adanya penjualan jersey dan juga menempelnya logo di seragam pelatnas, Eddy Lim menjelaskan bahwa IESPA tidak melakukan penjualan jersey.

Penjualan jersey pelatnas bukan ditangani oleh iespa, tapi pihak yang saat itu memfasilitasi pelatnas. Pihak yang memfasilitasi proses atau memberikan fasilitas2 untuk pelatnas, tapi dapet logo di jersey latihan.

IESPA tidak ada profit apa-apa dari penjualan jersey yang dilakukan pihak pemfasilitas, dan penjualan jersey maupun keuntungan atau resiko kerugian penjualan itu sudah urusan pihak lain.

Share
Topics
Editorial Team
Jefri Sibarani
EditorJefri Sibarani
Follow Us