Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel GGWP lainnya di IDN App

Mainan lato-lato kini sedang viral di kalangan anak-anak. Mainan ini banyak dimainkan anak-anak dan mengeluarkan suara tek-tek yang khas.

Mainan ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu dua bola yang terhubung lewat dua utas tali. Di antara tali itu ada cincin yang menjadi pegangan saat bermain lato-lato. Dengan memegang cincin itu sambil menggerakkannya ke atas dan ke bawah dengan cepat, kedua bola akan saling berbenturan dan menciptakan bunyi tek-tek yang keras.

Bagaimana asal mula mainan ini tercipta, dan bagaimana bisa lato-lato populer di Indonesia? Mari simak ceritanya?

Sejarah lato-lato, dianggap mainan berbahaya

Bermain clackers di tahun 70-an. (DiSHA Computer Institute)

Di luar negeri, lato-lato dikenal dengan berbagai nama. Misalnya clackers, click-clacks, hingga knockers. Bentuk mainan ini juga mirip dengan bolas, senjata lempar milik penunggang kuda di Amerika Latin yang digunakan untuk menjerat hewan buruan.

Awalnya, clackers digunakan sebagai alat untuk melatih koordinasi mata dan tangan pada anak-anak. Bahkan, sempat ada kejuaraan dunia clackers di italia pada tahun 1971. Kompetisi ini diikuti oleh peserta dari negara Belanda, Belgia, Swiss, Inggris, Kanada, dan lain-lain.

Namun, mainan ini juga dianggap berbahaya. Selain karena berisik, bola clackers bisa melukai pemakainya. Ini karena dulu bola clackers dibuat dari bahan tempered glass yang bisa pecah jadi serpihan kecil.

Sebelum viral saat ini, lato-lato sudah dimainkan di Indonesia sejak dulu

Editorial Team

Tonton lebih seru di