8 Teori Konspirasi Paling Kontroversial di Tragedi Berdarah Dunia, Apa?

Ada banyak banget kejadian di dunia ini yang menimbulkan teori konspirasi paling kontroversial. Apa sajakah teori tersebut? Simak yuk!
Iran “menipu” Amerika Serikat supaya menginvasi Irak

Perang Irak telah merenggut puluhan ribu nyawa tentara koalisi. Perang ini sendiri sering dianggap sebagai blunder besar Amerika.
Beberapa orang menyalahkan Ahmed Chalabi, yang sebelumnya dijuluki “The George Washington of Iraq,” karena mendesak Amerika untuk mengusir musuh bebuyutannya, Saddam Hussein, dan memasok informasi palsu tentang program nuklir Irak.
Mereka mengklaim bahwa Chalabi mungkin bersekongkol dengan target Amerika lainnya, Iran. Yang lain mengklaim bahwa Iran mungkin berada di balik itu semua. Chalabi dan pembelot lainnya tanpa disadari telah dimanipulasi oleh Iran untuk menjalankan agendanya.
Salah satu pembelot Irak semacam itu diyakini telah memprioritaskan kepentingan Iran atas Amerika, dan beberapa dokumen mengenai program nuklir Irak dianggap rekayasa belaka. Dokumen-dokumen tersebut awalnya ditulis dalam bahasa Persia oleh seorang ilmuwan Iran sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Perang India-Pakistan tahun 1971 adalah konspirasi global

Antara Maret dan Desember 1971, sekitar 2-3 juta warga sipil tewas di Bangladesh (dikenal sebagai Pakistan Timur pada saat itu) selama perang pembebasannya melawan Pakistan.
Seorang peneliti dari Universitas Oxford, Sarmila Bose, telah mengklaim bahwa banyak dari kekejaman Pakistan yang terlalu dibesar-besarkan. Dalam bukunya, Dead Reckoning: Memories of the 1971 Bangladesh War, dia juga mengklaim bahwa banyak fakta tentang perang yang terdistorsi, dan bahwa Bangladesh sama-sama bersalah.
Jumlah korban dari Perang Yugoslavia terlalu dilebih-lebihkan

Pembantaian Srebrenica pada Juli 1995 telah memakan korban sampai 7.000 Bosniak, yang mayoritas adalah muslim dan anak-anak. Lebih dari 20.000 warga sipil terlantar, membuat orang-orang yang itu berjuang sendiri di tengah kekacauan yang sedang terjadi di negara bekas Yugoslavia tersebut.
Diana Johnstone, seorang penulis Amerika, secara terbuka menentang fakta-fakta yang disampaikan oleh media, mengklaim bahwa tidak ada bukti apa pun tentang genosida tersebut.
Ed Hermann, seorang akademisi lain, mendirikan Grup Riset Srebrenica, yang bertujuan untuk menutupi insiden berdarah itu. Dia juga menemukan “bukti-bukti” yang bertentangan dengan milik PBB dan ICTY.
George Bogdanich, produser film pro-Serbia, ikut membantu dalam menerbitkan laporan revisionis tentang peristiwa tersebut. Temuan yang “diatur” ini melaporkan bahwa jumlah korban sebenarnnya tidak lebih dari 700 orang.
Orang Yahudi telah mengatur Genosida Armenia

Terdapat sebuah teori konspirasi yang menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi adalah arsitek sebenarnya dari peristiwa Holocaust. Hebatnya, teori yang sama juga muncul sehubungan dengan Genosida Armenia.
Inner Folds of the Ottoman Revolution, sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1929, menyatakan bahwa Turki Muda terdiri dari orang Yahudi Balkan yang terlantar. Demikian pula seorang pria Yahudi bernama Emmanuel Carasso, yang santer dikatakan sebagai bapak pendiri gerakan tersebut.
Carasso juga diduga mendirikan sebuah perkumpulan rahasia, yang terdiri dari petinggi Turki Muda, di pondok Masoniknya di Yunani. Teori lain mendalilkan bahwa pembunuhan adalah “harga yang pantas untuk dibayar” untuk mengendalikan provinsi kaya minyak di wilayah tersebut.
Perang Dunia I adalah plot yang dibuat oleh Illuminati

Teori ini dimulai dengan sebuah klaim yang tidak masuk akal, bahwa keluarga kerajaan Inggris memiliki hubungan dengan pengusaha Yahudi terkemuka. Beberapa orang percaya bahwa Ratu Victoria sebenarnya memiliki anak yang dibesarkan oleh anggota keluarga Rothschild.
Setelah membangun hubungan itu, teori ini beralih ke situasi genting di Eropa. Jerman telah menjadi negara yang berkembang dan dianggap sebagai ancaman bagi kepentingan Tatanan Dunia Baru. Ambisi Vaterland perlu dihentikan, dan satu peluru yang ditembak ke arah Archduke Franz Ferdinand akan menyelesaikan sisanya.
Akhirnya, teori ini mengarah ke partisipasi Amerika dalam perang. Tenggelamnya kapal Lusitania dianggap sebagai plot yang sudah diatur oleh mereka. Sayangnya kecelakaan ini belum cukup untuk memprovokasi Amerika untuk masuk ke dalam perang, walau sudah cukup untuk membuat politik di dalam negeri Paman Sam panas.
Kapitalis Yahudi dan Presiden Woodrow Wilson memicu semua tragedi yang terjadi di Rusia pada awal abad ke-20

Setiap tragedi yang menimpa Rusia sepanjang abad ke-20, mulai dari perang dan pemberontakan yang berujung pada berdirinya negara komunisme hingga pembersihan besar-besaran dan kelaparan yang sengaja dilakukan oleh Stalin, diyakini oleh para ahli teori konspirasi sebagai magnum opus dari kapitalis Yahudi.
Teori ini merujuk ke satu momen penting selama Perang Dunia Pertama, yaitu kembalinya Lenin ke Rusia dengan kereta tertutup dari Jerman pada 16 April 1917. Lenin juga membawa uang sebesar $10 juta dari teman seperjalanannya, Inessa Armand, untuk mendanai Revolusi Bolshevik.
Sebagian orang mengira bahwa rencana itu dibuat oleh Jerman untuk memfasilitasi penyerahan Rusia, dan dengan demikian akan membawa sebagian besar pasukannya ke front Barat. Tetapi para ahli teori konspirasi mengklaim bahwa revolusi itu melibatkan para kapitalis dan politisi Yahudi di seluruh Eropa dan Amerika Serikat.
Ahli teori lain mengklaim bahwa tokoh-tokoh Inggris terkemuka, seperti Lord Alfred Milner, turut membiayai revolusi supaya dapat mengendalikan berbagai sumber daya di Rusia, salah satunya adalah minyak.
Hitler sebenarnya menyelamatkan Eropa dari komunisme

Lewat buku, Icebreaker, yang dicetak dengan nama samarannya, Viktor Suvorov, Vladimir Rezun menyatakan bahwa dari apa yang telah ia pelajari selama di dalam Spetsnaz dan GRU, Stalin memang berencana untuk menyerang Eropa dan “membebaskannya” secara paksa lewat ideologi komunisme.
Rencana ini diduga sudah berlangsung pada awal 1941, tetapi secara signifikan tertunda selama berbulan-bulan.
Saat Stalin ingin memulainya, Hitler sudah meluncurkan Operasi Barbarossa terlebih dahulu. Operasi ini bukanlah sebuah sarana untuk mencapai lebensraum atau ruang hidup untuk Jerman, tetapi untuk menyelamatkan Eropa dengan terlebih dahulu menyerang Soviet sebelum mereka dapat mengerahkan pasukannya.
Pembantaian Nanking tidak pernah terjadi

Pada 13 Desember 1937, salah satu pembantaian terburuk dalam sejarah terjadi di kota Nanking, Tiongkok. Pembantaian atau Pemerkosaan Nanking terjadi sebagai bentuk lanjut dari konflik Tiongkok-Jepang. Peristiwa ini terdiri dari pembunuhan kejam terhadap sekitar 200.000 warga sipil.
Pada tahun 1971, kaum konservatif sayap kanan mengklaim bahwa seluruh peristiwa ini tidak pernah terjadi. Jurnal seperti Every Gentlemen membenarkan pandangan ini. Sedangkan beberapa buku hanya menganggap Jepang tidak bersalah. Tiongkok, kata mereka, adalah pihak yang harus disalahkan karena telah melakukan kekejaman ini.
Sumber: idntimes.com