OPINI: Kehadiran Babak Semifinal di FFML Season 8 Tidak Efisien

Grand final Free Fire Master League (FFML) season 8 sudah berlangsung pada tanggal 8 Oktober 2023 dan menobatkan Thorrad sebagai juara.
Jika mengikuti perjalanan FFML Season 8 selama grup stage hingga grand final, banyak hal yang terjadi.
Penulis menyoroti perubahan-perubahan yang terjadi hingga dampaknya ke kepuasan dari sudut pandang penonton maupun peliput selama gelaran FFML Season 8.

Perusahaan yang jelas hadir di FFML season 8 adalah lebih hidupnya grup stage atau babak regular season.
Lebih hidupnya babak group stage tidak lepas dari diperebutkannya satu slot menuju FFWS 2023 Bangkok yaitu pemuncak klasemen akhir, yang sudah dikunci oleh POCO Star.
Perjuangan POCO Star menjadi juara di babak grup stage tidak bisa dibilang mudah, bahkan harus ditentukan sampai hari terakhir babak grup stage!
Perlawanan sengit khususnya dari RRQ Kazu yang terus menguntit perolehan poin sejak week 1 benar-benar menghidupkan pertempuran sampai week akhir.
Bukan berarti tim-tim lain tidak bersaing. Justru tim-tim peserta lainnya juga memiliki motivasi lebih untuk meraup poin sebanyak-banyaknya di week-week akhir karena tertatih di week awal dengan raihan poin yang minim.
Tidak hanya persaingan di papan atas, papan bawah pun turut bergejolak untuk masuk ke posisi 12 besar guna meraih tiket ke babak grand final FFML season 8!
Tim-tim komunitas pun tidak lagi dipandang sebelah mata dan hanya dipandang sebagai pelengkap saja. Perebutan ke posisi 12 juga berlangsung sampai final week!
Satu lagi perubahan yang menjadi sorotan penulis adalah diberlakukannya sistem poin start di babak grand final, seperti pole position dalam balap, yang ditentukan dari babak semi final.

Sistem ini terhitung baru hadir di Free Fire Master League pada season 8 ini. Apakah efeknya akan berdampak lebih di babak grand final? Sedikit banyak pasti ada.
Dengan adanya modal poin lebih ketika baru dimulai, tentu tim tersebut akan memiliki keunggulan yang nantinya diakumulasi dengan poin selama pertandingan.
Namun yang penulis soroti adalah cara mendapatkan poin lebih tersebut yang didapatkan dari babak semifinal.
Babak semifinal yang hadir di FFML Season 8 ini menurut penulis adalah hal yang cukup menguras tenaga dari para pemain. Keseriusan seluruh tim di babak semifinal juga penulis pertanyakan.
Apakah semua tim benar-benar ingin mendapatkan poin tambahan di babak grand final dengan bermain total di babak semifinal? Atau hanya sekadar pemanasan layaknya skrim guna menentukan dropzone maupun mengukur peta kekuatan dari lawan-lawannya?
Memang ada poin yang diperebutkan di babak semifinal, tetapi sebenarnya perebutan poin advantage bisa langsung diberlakukan di babak grup stage.

Dengan diberlakukannya poin advantage di babak grup stage, bukan hanya papan atas dan bawah yang bergejolak, tim-tim yang berada di papan tengah pun tidak bisa sekadar bermain aman karena sudah mengunci posisi di 12 besar.
Dampak poin advantage dari babak semifinal yang dibawa ke babak grand final pun menurut penulis tidak begitu signifikan!
Grand final yang berlangsung hanya 1 hari lebih menuntut konsistensi dan konsentrasi tiap-tiap tim untuk mendulang poin demi poin di setiap game yang berlangsung. Sementara poin advantage yang didapatkan di babak semifinal seolah menjadi tidak memiliki arti, dibandingkan dengan performa pada hari H grand final.
Mungkin untuk ke depannya pihak Garena selaku publisher dan penyelenggara FFML di Indonesia bisa mempertimbangkan tidak diadakan babak semi final yang kurang efisien dan hanya menambah panjang durasi liga saja.