Panggung besar Grand Final Free Fire Master League Season 7 berhasil dikuasai oleh Genesis Dogma SF (Garena Free Fire Indonesia)
GD SF telah memulai perjalanan panjang di skena kompetitif Free Fire. Meski belum genap berusia satu tahun, para pemainnya telah bertarung bersama di berbagai kompetisi selama sekitar tiga tahun terakhir.
Mereka telah terjun menjajal kerasnya kompetisi Free Fire dari skala komunitas hingga skala nasional. Pengalaman matang sebagai tim membuat mereka tak gentar saat menghadapi tim raksasa, seperti EVOS Divine, RRQ, dan SES Alfaink.
Susunan pelatih dan pemain Genesis Dogma SF diisi oleh Diaz Adi Nugraha (GDYazzSF) sebagai coach, Rizky Andry Kaesang (GDKikyyySF) sebagai Captain, Fidelio Christo Mumu (GDdelssSF) & Ervianza Shaputra (GDErvianzaSF) sebagai duo Rusher, Yosua Elia Pessak (GDYossSF) sebagai Grenadier, dan Jorgy Hermansyah Djafar (GDBorgayz).
Keramaian Free Fire Master League Season 7 (Garena Free Fire Indonesia)
Pada babak kualifikasi, tim ini sejatinya belum memiliki coach. Posisi coach baru ada setelah GDBorgayz bergabung jelang FFML Season 7 dimulai.
Seiring berjalannya kompetisi, GDBorgayz kemudian turun sebagai pemain, bertukar posisi dengan GDYazzSF yang menjadi Coach.
Sepanjang Fase Liga, tim ini sudah menjadi kuda hitam yang beberapa kali memberi kejutan dengan menguasai klasemen Matchday. Meski begitu, permainan mereka masih belum konsisten hingga membuatnya harus berjibaku untuk bisa lolos ke Grand Finals.
Momen selebrasi Genesis Dogma SF saat diumumkan sebagai juara dari Grand Final FFML Season 7 (Garena Free Fire Indonesia)
Namun akhirnya, tim yang mayoritas pemainnya berasal dari Sulawesi Utara ini, berhasil lolos ke partai puncak setelah mengamankan posisi ke-12. Di mana, itu tiket terakhir menuju Grand Finals.
Dalam menghadapi para raksasa di Grand Final FFML Season 7, tim ini bermain lebih pragmatis dengan strategi bertahan dan mengedepankan poin placement. Strategi ini membuahkan hasil dengan satu Booyah yang diraih pada round ke-2.
Meski hingga akhir hanya mengantongi satu Booyah, mereka mampu konsisten dengan mengutamakan poin dari placement. Mereka bahkan mencatatkan poin placement tertinggi di laga Grand Finals dengan 40 poin.
Dengan tambahan 31 poin eliminasi–tertinggi ke-3 di Grand Finals, mereka akhirnya merengkuh gelar juara.