Dalam wawancara eksklusif, ia menceritakan bagaimana awalnya dirinya masuk ke dunia esports. Semua berawal dari kegemarannya bermain game League of Legends (LoL).
"Awalnya karena main LoL, lalu tahu ada turnamennya. Saya sempat ikut turnamennya tapi nggak pernah menang. Dari situ, jadi suka nonton turnamen. Lalu lanjut main AOV, ikut turnamen lagi, tapi gagal juga. Akhirnya jadi penonton setia esports," ceritanya.
Dari situ tumbuh keinginannya menjadi seorang caster. Namun, jalan menuju kariernya yang sekarang ini tidaklah mudah.
"Saya mulai dari jadi caster AOV, lalu pernah jadi manajer di DG Esports. Dari situ saya dapat kesempatan jadi talent caster. Sempat nge-cast berbagai game, dan hal itu melatih saya," tambahnya.
Kedekatannya dengan komunitas Free Fire membuatnya sering diundang ke acara-acara FF. Sampai akhirnya, ia mendapatkan kesempatan tampil di FFML (Free Fire Master League) Season 8 sebagai caster freelance.
"Di FFWS (Free Fire World Series) ID (Indonesia) Spring 2024, saya akhirnya resmi jadi Official Caster Free Fire sampai sekarang," jelasnya.
Adapun nama King Kodok yang melekat pada dirinya, sukses mencuri perhatian banyak orang. Tetapi siapa sangka, kalau ternyata nama itu sudah melekat sejak ia masih kecil.
"Waktu SD (Sekolah Dasar), saya satu-satunya yang pakai kacamata. Karena itu mata saya kelihatan besar, jadi dipanggil 'Kodok'," ujarnya sambil tertawa.
Nama itu kembali muncul saat ia bermain LoL dan bertemu teman SD-nya. Saat mengikuti lomba caster, ia pun memakai nama "Bayu Kodok". Namun, saran dari almarhum Volva membuatnya mengganti nama panggung.
"Volva bilang, ‘Kodok saja sudah cukup mudah diingat’. Akhirnya saya pikir, kenapa nggak jadi ‘Rajanya’ sekalian. Dari situ lahirlah nama King Kodok," kenangnya.