Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Bocah Ep Ep! Sekelompok Anak Tawuran Gara-Gara Free Fire

Popularitas Game Free Fire atau yang sering disebut sebagai FF telah menjangkiti banyak kalangan anak muda dewasa ini. Meskipun secara harfiah hanya sebuah hiburan semata, dampak dari permainan bertema battle royale ini ternyata bisa menjadi sangat serius dalam kehidupan nyata di mana ada sekelompok anak tawuran gara-gara Free Fire.

Kasus terbaru yang mencuat adalah hampir terjadinya perkelahian fisik antara sekelompok anak di bawah umur di RW 3 Jalan Kepiting, Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang pada Rabu (13/3/2024) lalu. Insiden tersebut berawal dari seorang pemuda di bawah umur yang merasa tertekan dan terintimidasi karena kalah dalam permainan FF dari temannya sendiri.

Penting untuk menyadari bahwa meskipun game ini dirancang sebagai hiburan semata, namun efeknya bisa melampaui batas dunia maya dan menciptakan ketegangan serta konflik di dunia nyata.

Peristiwa ini memberikan peringatan bahwa pentingnya pengawasan dan pemahaman yang tepat terhadap pengaruh yang dimiliki oleh permainan video pada perilaku dan kehidupan sehari-hari para pemainnya, terutama di kalangan yang rentan seperti anak-anak dan remaja.

“Sebagian dari mereka masih duduk di bangku SMP kelas 2, beberapa lainnya berada di tingkat SMK dan SMA. Intinya, permasalahannya timbul karena mereka merasa terhina setelah kalah dalam permainan Free Fire (FF),” ungkap Kapolsek Lowokwaru, Kompol Anton Widodo, kepada sejumlah awak media pada hari Sabtu (16/3/2024).

Setelah peristiwa itu, kedua pemuda tersebut mengadukan masalah mereka kepada teman-temannya, yang kemudian memicu konflik lebih lanjut. G meminta bantuan kepada temannya, RPA, sementara P, yang merasa jumlahnya kalah, mengadu kepada temannya, L. Kedua kelompok tersebut akhirnya terlibat dalam pertengkaran yang semakin memanas.

Agar konflik dapat diselesaikan, kedua kelompok tersebut memutuskan untuk menyelesaikannya dengan cara berkelahi secara tradisional di depan Lapangan Futsal Gedung Widyagama.

Masing-masing kelompok membawa pasukan dari teman-teman mereka untuk menghadapi pertarungan tersebut. Namun, saat RPA melihat bahwa postur lawannya lebih besar, dia memutuskan untuk mengambil sejumlah senjata, termasuk golok sepanjang 40 sentimeter, untuk digunakan dalam pertarungan itu.

“Saat itu, RPA melihat lawannya memiliki postur tubuh yang besar-besar, dan merasa takut kalah. Oleh karena itu, RPA kembali ke rumahnya untuk mengambil senjata, termasuk 1 golok dan 1 sarung hitam yang diikat, yang berisi besi. Semua senjata tersebut disimpan di dalam jok motornya,” jelas Kompol Anton.

Beruntungnya, sebelum situasi memburuk, kumpulan pemuda yang akan terlibat bentrok berhasil diusir oleh warga setempat. Tindakan selanjutnya, warga melaporkan insiden tersebut ke Polsek Lowokwaru, dan petugas segera mengamankan situasi.

Ustad Lukman Hakim, seorang tokoh masyarakat setempat yang turut terlibat dalam menyelesaikan masalah, menyatakan keprihatinannya atas kejadian tersebut. Dari sekadar permainan, insiden tersebut hampir berujung pada pertarungan fisik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Adam
EditorAdam
Follow Us