OPINI: Akuisisi Tim Esports Tujuannya Apa? Kenapa Nggak Buat Sendiri?

Belakangan ini kita mendengar banyak sekali kerja sama dan akuisisi tim esports terkemuka di Indonesia.
Mulai dari Team Vitality hingga Team Liquid, mereka kini menancapkan kukunya di Indonesia dengan mengambil alih roster atau tim dari Indonesia.
Apa yang melatar belakangi kerja sama ini, dan apakah akan ada dampak buruk yang dirasakan tim Indonesia?
Perihal akuisisi tim esports di Indonesia
1. Partnership dari era PSG.RRQ

Sebenarnya partnership antara tim esports MLBB Indonesia dengan tim yang lebih besar sudah eksis sejak tahun 2019 dengan diresmikannya PSG.RRQ.
Ini adalah partnership antara Team RRQ dengan tim sepak bola Ligue 1 Paris Saint-Germain.
Lewat kerja sama ini, branding tim berubah dimana Lemon dan kawan-kawan mengenakan jersey khas PSG. Di luar itu, manajemen tim tidak berubah.
Ini adalah bentuk kerja sama yang cukup aman untuk dijajaki, jika tim yang mengambil alih belum ingin commit dengan akuisisi.
Kerja sama dalam bentuk branding ini tujuannya lebih ke sisi marketing, untuk meningkatkan awareness dari para fans.
Bentuk kerjasama inilah yang saat ini sedang ramai di Filipina, dimana AP.Bren bekerja sama dengan Team Falcon, dan ONIC PH dengan Fnatic.
2. Akuisisi roster dan takeover tim

Berbeda dengan kerja sama branding, akuisisi merupakan bentuk ambil alih sebuah tim dari sisi roster atau bahkan hingga manajemennya sekaligus.
Contoh pertama, kita bisa melihat bagaimana Team Vitality mengambil alih roster Bigetron Era, sehingga harus dilepas oleh Bigetron Esports.
Sementara itu, akuisisi Team Liquid terhadap ECHO dan AURA tidak hanya dari sisi roster, namun juga dari manajemen dan brandingnya.
Pasalnya, mulai season selanjutnya nama AURA dan ECHO akan ditinggalkan untuk menjadi Team Liquid ID dan PH.
Takeover roster dan keseluruhan tim ini diambil karena beberapa pertimbangan. Namun dalam kasus ini, tim yang mengakuisisi ingin mendapatkan roster yang sudah paten.
Jika tim tersebut menyusun rosternya sendiri, akan butuh waktu yang tidak sebentar untuk memastikan mereka punya susunan pemain yang solid.
Selain itu, mengakuisisi tim yang sudah ada memungkinkan mereka untuk langsung masuk ke turnamen yang sebelumnya diikuti oleh tim target mereka.
Jika Team Liquid membentuk tim mereka sendiri dari nol, maka mereka akan kesulitan masuk ke MPL ID karena slot timnya sudah penuh.
3. Esports World Cup bikin akuisisi tim esports gencar?

Jika mengaca pada motif dari Team Liquid, tujuan akuisisi AURA dan ECHO salah satunya adalah untuk tap-in ke pasar esports yang belum terjamah.
Pasar Asia Tenggara, dan khususnya Mobile Legends, merupakan area yang belum banyak dijamah oleh tim-tim Eropa hingga Amerika Serikat.
Malahan, Indonesia yang sudah ekspansi duluan ke Amerika Latin lewat RRQ Akira dan Bigetron Sons.
Kembali ke topik, dengan masuk ke pasar baru, tim esports besar bisa memperluas jangkauan fanbase mereka.
Namun, ada faktor lain yang mendasari akuisisi tim belakangan ini, yaitu adanya Esports World Cup 2024.
Mengusung prize pool yang besar dengan mempertandingkan game-game yang kurang umum dimainkan di pasar barat, para tim besar ini tidak mau ketinggalan.
Jadi memang tidak bisa dipungkiri bahwa ekspansi ke cabang esports baru ini punya faktor finansial di belakangnya.
Jika memang benar demikian, maka akuisisi tim esports jadi hal yang masuk akal dari sisi bisnis, karena tim masih gambling untuk membentuk divisi di game yang belum populer.
4. Apa dampaknya ke scene esports lokal?

Tentu akuisisi ini punya beberapa hal negatif. Dengan diambil alihnya tim-tim lokal, maka akan menggerus identitas khas dari esports lokal itu sendiri.
Bayangkan jika di masa depan MPL ID hingga FFWS ID hanya diisi oleh tim-tim luar karena tim lokal sudah diakuisisi.
Bayangkan jika nanti ada Sentinels dan LOUD cabang yang bertanding di VCL Indonesia, atau Rebellion Esports yang kocak jadi edgy setelah diakuisisi oleh Red Bull.
Tapi tentu saja ini adalah worst case scenario, karena selama pemain intinya masih sama, mereka tetap membentuk identitas dan karakter dari tim masing-masing.
Toh, tim seperti Geek Fam yang sebenarnya bukan tim Indonesia murni juga sudah punya ciri khas yang Indonesia banget.
Lalu, jika pada akhirnya akuisisi ini akan memberikan manfaat jangka panjang seperti naiknya exposure, maka tidak ada salahnya untuk melihat kemana kerja sama ini akan bergerak.