Antimage: Bermain untuk EVOS Legends Harus Berikan yang Terbaik!

EXP laner andalan EVOS Legends dalam dua musim terakhir, Antimage, menceritakan pesan dan kesannya bergabung dengan tim berlogo Macan Putih itu.
Antimage menyadari, bergabungnya ke tim sekelas EVOS Legends, yang sudah menjuarai berbagai gelar bergengsi, tidak luput dari adanya tekanan publik.
“Kalo pindah tim pasti ada pressure (tekanan) tersendiri, apalagi kalo main buat tim EVOS. jadi harus memberikan yang terbaik,” ungkapnya melalui channel YouTube EVOS TV, (1/2).
Pemain bernama asli Maxhill Leonardo ini tidak ingin besar kepala terkait proses adaptasi di EVOS terasa cepat. Justru karena kebutuhan tim yang menurutnya lebih masuk akal.
“Mungkin kalo anggapan gue di EVOS lebih cepat beradaptasi, mungkin anggapan gue emang salah. Mungkin EVOS lagi butuh offlaner,” ujarnya.
Antimage adalah jawaban dari hilangnya sosok offlaner terkuat selepas kepergian Oura di EVOS Legends

Pernyataan Antimage bukanlah omong kosong belaka, sebab EVOS memang butuh offlaner andalan selepas pensiunnya sang mega bintang, Eko ‘Oura’ Julianto.
Oura dikenal sebagai pemain dengan kualitas dunia. Dirinya pernah jadi penentu kemenangan EVOS pada M1 World Championship 2019 dan berhak atas status MVP.
Praktis setelah kepergian Oura, EVOS Legends tidak bisa menemukan offlaner andalan. Memasuki musim 2021, transfer besar pun terjadi. Antimage adalah yang dimaksud.
Keberadaan Antimage mampu menjawab kebutuhan EVOS di sektor offlaner. Kebutuhan itu dijawab Antimage dengan raihan piala MPL Season 7.
Banyak yang beranggapan, setelah Antimage masuk ke EVOS, secara kepribadian berubah 180 derajat menjadi lebih dewasa. Hal ini terlihat dari cara Antimage bertutur kata.
Terkait masalah internal yang menerpa dirinya dan tim pada MPL Season 8 lalu hingga membuat EVOS tidak perfom, Antimage katakan bakal memperbaikinya untuk jadi lebih baik.
“Semua ada plus minusnya. Tapi kira harus kurang kurangin minusnya. Kalo dari gue, nggak boleh terlalu galak di saat scrim atau dalam situasi apapun,”
“Kalo rekan satu tim melakukan kesalahan, gue nggak boleh apa-apain. Nadanya direndahin. Mungkin dari coach, dari player kita semua mesti instropeksi diri,” pungkasnya.