Dalam kebingungan dan konflik batin, Layla tetap fokus dan berlatih untuk melupakan kenyataan yang ada. Hingga suatu hari ia harus kembali karena kakeknya sudah tidak sanggup untuk bertahan lagi.
Saat itulah, Layla menemukan kebenaran bahwa ayahnya menggantikan dirinya masuk ke Laboratorium 1718 untuk menyelamatkan Layla.
Usut punya usut, ayahnya diculik, dibawa ke luar negeri dan dipaksa bekerja untuk Laboratorium 1718 karena mereka mengenali Malefic Gun yang digunakan Layla.
Sebelum menyerahkan dirinya, ayah Layla meminta semua keluarga berjanji untuk tidak memberitahukan kebenaran tersebut agar Layla bisa tumbuh tampa rasa bersalah.
Mengerti akan apa yang terjadi, dan dengan hati yang teguh, Layla mengambil prototipe senapan Leviathan buatan ayahnya dan bersiap untuk menghadapi Laboratorium 1718.
Perjalanan petualangannya menjadi lebih dari sekadar eksplorasi teknologi, tetapi juga pencarian untuk memahami dan menghargai cinta dan pengorbanan yang telah diberikan oleh ayahnya.