Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
Player To Watch: Gumayusi
Sumber: Riot Games

Intinya sih...

  • Gumayusi membuktikan dominasinya di LoL Worlds 2025 dengan KDA 4.1, damage per minute 864.4, dan kill participation 72.8%.

  • Pemain ini menunjukkan kelasnya dalam final melawan KT Rolster, membantu T1 meraih gelar juara dunia keenam mereka.

  • Gumayusi telah menyabet gelar Finals MVP LoL Worlds 2025 dan menjadi pilar utama T1 selama tiga tahun terakhir.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam dunia kompetitif League of Legends (LoL), nama Gumayusi sudah bukan lagi sekadar pengisi daftar pemain T1. Ia kini menjadi simbol konsistensi dan keunggulan di role ADC.

Pemain bernama asli Lee Min-hyung ini pertama kali bergabung dengan T1 pada akhir 2019. Dalam enam tahun karir profesionalnya, pria berusia 23 tahun tersebut telah menjelma menjadi salah satu ADC paling mematikan di dunia.

In Article GGWP_.png


1. Statistik yang Membuktikan Dominasi

Sumber: Riot Games

Dilansir dari laman Games of Legends Esports pada Selasa (11/11/2025), performa Gumayusi di ajang Main Event LoL Worlds 2025 kembali membuktikan kualitasnya.

Bermain di 20 pertandingan Main Event, ia mencatat KDA 4.1, damage per minute 864.4, serta kill participation mencapai 72.8 persen. Selain itu, ia juga berkontribusi langsung terhadap 25 persen first blood participation dan 0.37 K+A per minute.

Angka tersebut bukan sekadar statistik kosong. Itu adalah bukti nyata bagaimana Gumayusi menjadi salah satu tulang punggung T1.

Ia juga dikenal fleksibel dalam pemilihan champion, di mana 12 champion berbeda sudah ia gunakan sepanjang turnamen, dengan Varus sebagai pilihan paling sering. Data ini menunjukkan kemampuan adaptif luar biasa yang membuatnya selalu relevan dalam berbagai situasi permainan.

2. Momen Emas di Final Worlds 2025

Sumber: Riot Games

Namun, bukan sekadar statistik yang membuat Gumayusi istimewa. Ia adalah salah satu pemain yang bersinar di saat paling krusial.

Momen paling bersejarah datang pada partai final melawan KT Rolster, terutama di game kelima, di mana momen penentuan gelar juara dunia terjadi. Menggunakan Miss Fortune, Gumayusi menunjukkan kelasnya dengan permainan luar biasa tajam dan disiplin.

Di menit ke-36, ia sukses mencatat Godlike, menumbangkan lawan satu per satu. Sinerginya dengan Keria, sang support andalan T1, menjadi fondasi kemenangan tersebut.

Banyak penggemar bahkan menjuluki mereka sebagai “bottom lane yang sempurna”, karena perpaduan mekanik, komunikasi, dan kepercayaan antar pemain yang nyaris tanpa cela.

Berkat kontribusinya, T1 berhasil menyapu bersih perlawanan KT Rolster dan mengamankan gelar juara dunia keenam mereka. Momen ini tak hanya mempertegas dominasi T1 sebagai organisasi tersukses di sejarah LoL, tetapi juga menandai era di mana Gumayusi mulai menulis sejarahnya sendiri.

3. Sang MVP yang Tak Pernah Puas

Sumber: Riot Games

Gelar Finals MVP LoL Worlds 2025 yang diterimanya terasa pantas. Dengan gaya bermain agresif, tajam, dan penuh presisi, Gumayusi selalu menjadi pusat perhatian setiap kali turun ke Rift. Baik dalam laning phase maupun pertarungan tim besar, ia tahu kapan harus menahan diri dan kapan harus menghukum kesalahan lawan.

Penghargaan tersebut juga melengkapi deretan pencapaiannya yang luar biasa. Sebelumnya, ia sudah pernah menyabet All-LCK First Team (2022 dan 2023) serta Bottom of the Year (2023 dan 2024).

Tak hanya itu, kemenangan di tahun ini juga menjadi gelar juara dunia ketiganya bersama T1, setelah sebelumnya membantu tim meraih trofi pada musim 2023 dan 2024.

Yang menarik, setiap tahunnya Gumayusi terlihat semakin matang, baik dari sisi teknikal maupun mentalitas kompetitif. Jika dulu ia dikenal sebagai pemain muda dengan potensi besar, kini ia sudah menjelma menjadi pilar utama T1 yang selalu bisa diandalkan di saat genting.

Gumayusi membawa semangat, gaya bermain eksplosif, dan dedikasi yang mencerminkan DNA tim legendaris tersebut. Melihat performa konsistennya selama tiga tahun terakhir, tidak berlebihan jika banyak pengamat yang kerap menyoroti performanya.

Ia bukan hanya pemain berbakat, tetapi juga simbol regenerasi yang sehat dalam dunia kompetitif League of Legends.

Dengan tiga gelar dunia di usia 23 tahun, masa depan Gumayusi tampak begitu cerah. Bila ia terus menjaga performanya dan mempertahankan mental juara, bukan mustahil ia akan menulis sejarahnya sendiri di skena kompetitif League of Legends.

Editorial Team