Sudah Mau Season 6, Yuk Kita Cek Sejarah MPL dan MSC!

Kompetisi liga Mobile Legends tertinggi di Indonesia, Mobile Legends: Bang-Bang Professional League atau MPL, sudah akan memasuki musim ke-6.
Di MPL Season 6 nanti, pertandingan pastinya akan semakin panas, dan persiapan seluruh tim juga semakin matang. Tidak hanya mengincar prize pool yang besar, tetapi tentu saja predikat tim Mobile Legends terbaik seantero Indonesia jadi taruhannya.
Tidak hanya MPL saja yang dinantikan oleh para fans Mobile Legends, akan tetapi ajang unjuk skill tim terbaik se-Asia Tenggara, yaitu Mobile Legends Southeast Asia Championship atau MSC, juga kerap ditunggu kehadirannya.

Tidak kalah dari MPL, MSC juga memberikan pengalaman yang seru bagi penggemar. Bagaimana tidak? Selain hadiah uang dan titel tim terbaik di Asia Tenggara, pride kebangsaan juga menjadi pertaruhan ketika bertanding melawan tim Mobile Legends terbaik di Asia Tenggara.
Maka dari itu tidak jarang hashtag seperti #IndoPride digaungkan ketika MSC berlangsung.
Sudah lebih dari 3 tahun ranah kompetitif Mobile Legends berjalan di Indonesia, seperti apa sih perubahannya? Bagaimana sejarah MPL dan MSC di Indonesia hingga bisa seperti sekarang ini?
Sejarah MPL Indonesia dan MSC – Berawal dari Antusiasme

Sejarah MPL dan MSC berawal di tahun 2017. Kompetisi tingkat nasional pertama yang digelar oleh Moonton selaku developer dan publisher bukanlah MPL, melainkan MSC.
Diadakan di Gandaria City pertengahan tahun 2017 untuk mencari wakil Indonesia di ajang main event MSC 2017, acara berlangsung sangat ramai.
Bahkan, keramaian MSC Indonesia 2017 tersebut sempat memviralkan dunia maya, terlebih game Mobile Legends: Bang-Bang yang memang saat itu tengah trending di kalangan pengguna smartphone.
Lius Andre, mantan Esports Manager Moonton Indonesia mengatakan bahwa acara MSC Indonesia 2017 tersebut betul-betul jauh di atas ekspektasi dari Moonton.
“Wah, jauh banget di luar ekspektasi. Kita awalnya hanya ingin mencoba market Indonesia, tetapi ternyata antusias fans luar biasa banget. Gandaria City waktu itu sampai penuh banget,” ujar Lius.

Hasil dari MSC Indonesia 2017 menobatkan Saints Indo dan Elite8 sebagai wakil Indonesia dalam main event MSC 2017 yang diselenggarakan di Mal Taman Anggrek, Jakarta pada bulan September 2017. Namun sayang, wakil Indonesia harus takluk dari tim Thailand dan Singapura.
Akan tetapi, meskipun tim tuan rumah tumbang lebih awal, namun hal tersebut tidak mengerucutkan rasa penasaran fans Mobile Legends untuk menyaksikan turnamen ini. Pertandingan tetap berlangsung dengan ramai penonton hingga selesai.
Melihat antusiasme fans Mobile Legends yang tinggi di Indonesia, Moonton memutuskan untuk memantapkan sebuah liga profesional dengan tujuan mengembangkan industri esports di Indonesia, yaitu MPL.
MPL Indonesia Season 1 – Awal Perjalanan Turnamen Esports Terbesar di Indonesia

Di awal 2018, Moonton pun resmi menggelar MPL Indonesia Season 1. Liga perdana Mobile Legends di Indonesia ini diikuti oleh lebih dari 1000 tim dari fase kualifikasi, hingga akhirnya keluar 10 tim teratas untuk beradu dalam fase liga.
Pertandingan dilakukan dengan format round robin dan secara online. 8 tim teratas pada akhir musim akan melaju ke babak playoff.
“Waktu awal MPL Season 1, pertandingan dilakukan secara online di gaming house masing-masing. Baru playoff-nya kita lakukan secara offline di Mal Taman Anggrek,” jelas Lius.
Hal menarik terjadi sewaktu playoff MPL Season 1. Mal Taman Anggrek, yang menjadi tempat diselenggarakannya playoff, penuh dipadati oleh fans Mobile Legends. Saking penuhnya, bahkan terdapat beberapa laporan bahwa pengunjung lain merasa kepanasan.

“Wah gila banget sih waktu final MPL Season 1 di Taman Anggrek. 5 lantai Taman Anggrek penuh semua oleh fans Mobile Legends. Bahkan sampai lift pun dipenuhi oleh orang yang ingin menonton pertandingannya,” tambah Lius.
Perjalanan MPL dimulai dengan sambutan yang positif oleh penggemar. Moonton memutuskan untuk melanjutkannya ke Season 2 hingga saat ini akan memasukin Season 6.
Begitu juga dengan MSC 2018 yang digelar setelah MPL Season 1 usai di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, dan MSC 2019 yang diadakan di Filipina. Sistem MSC tidak lagi menggunakan sistem kualifikasi terbuka, melainkan invitational pemenang MPL musim sebelumnya.
Perubahan Sistem MPL – Liga Franchise dan Menciptakan Brand Sendiri

Meskipun secara kasat mata tidak begitu terlihat, namun Lius mengaku bahwa setiap musimnya, selalu ada perubahan yang signfikan dari setiap sejarah MPL.
“Kalau dari luar memang tidak terlihat ya, tetapi setiap season MPL kita selalu membuatnya menjadi lebih baik. Contohnya dari segi profesionalisme penyelenggara, rules yang semakin solid dan sempurna, jumlah penonton online pun kita bersyukur banget selalu meningkat dari musim ke musim,” jelas Lius.
Perubahan konsep pun terjadi di MPL Season 3. Moonton membawa scene MPL lebih serius dan prestige dengan menyewa studio TV sebagai venue Regular Season.

Alasannya adalah profesionalisme dan menggalakkan aturan yang fair kepada semua tim. Karena ketika bermain, device dan wasit disediakan oleh panitia. Hal ini berlanjut di Season 4 dan Season 5 dimana Regular Season MPL bertempat di venue offline.
Lius menambahkan, “Di season ketiga kita menyewa studio TV untuk menggelar Regular Season. Nah, di Season 4 kita mencari lagi tempat yang lebih luas dan bisa ‘lebih dekat’ dengan penggemar. Akhirnya kita menyewa tempat sendiri, dan melakukan rebrand total menjadi MPL Arena.”
Rebranding ini pun berbarengan dengan adanya “perpindahan tangan” dari Moonton Internasional ke Moonton Indonesia.
“Nah, jadi dari MPL Season 1 sampai 3 itu masih dikerjakan langsung oleh Moonton pusat (red: Moonton Internasional). Lalu pas season 4 itu sepenuhnya di-handle oleh Moonton Indonesia divisi esports-nya,” jelas Lius.
Lius pun menambahkan bahwa di Indonesia sebenarnya terdapat 2 divisi berbeda. Moonton Indonesia yang fokus ke dalam game, dan MPL (bagian dari Moonton Indonesia) yang fokus ke industri esports Mobile Legends di Indonesia.

Bertepatan dengan hal itu, MPL pun memperkenalkan sistem franchise league yang sempat ramai jadi perbincangan di dunia maya sebelum memulai musim keempat pada 2019.
Moonton menyebutkan bahwa setiap tim yang ingin ikut jadi peserta MPL Season 4 harus membayar investasi senilai USD1 Juta (sekitar Rp14 miliar). Uang investasi tersebut nantinya digunakan untuk pengembangan seluruh aspek industri esports, khususnya Mobile Legends, di Indonesia.
Lius menjelaskan, “Uang itu sebenarnya punya dua fungsi. Pertama adalah mengikat komitmen tim esports untuk turut meningkatkan kualitas turnamen dan esports scene di Indonesia.”
“Kedua, kita ingin menunjukkan bahwa esports Indonesia itu serius dan profesional. Di negara yang esports-nya sudah maju, sistem franchise league ini adalah hal yang lumrah, dan terbukti bahwa sekarang ranah esports Mobile Legends di Indonesia sudah jauh berkembang. Sekarang ada MDL, MICC, dan sebagainya yang lahir dari uang investasi tim esports peserta MPL.”