Ada beberapa risiko jika pada akhirnya transfer Skylar ke ONIC tidak menghasilkan prestasi apapun. (YouTube.com/ONIC)
Menciptakan hype untuk transfer pemain memang tidak salah. Ini adalah hal yang lumrah di ranah olahraga lain. Tapi masalahnya bukan di kabar transfer itu sendiri, melainkan apa yang terjadi setelahnya.
Membangun hype transfer berarti menaruh ekspektasi besar untuk pemain itu sendiri. Ia kemudian dituntut oleh fans dan khalayak ramai untuk tampil sesuai dengan kemampuannya.
Di sinilah transfer Skylar justru menjadi pedang bermata dua bagi ONIC, karena potensi dan risikonya sama-sama tidak bisa diabaikan.
Jika Skylar tampil sesuai dengan kapasitasnya, maka transfer ini akan menjadi salah satu transfer terbaik sepanjang sejarah MPL Indonesia.
Dengan kumpulan pemain kelas atas dan juga prestasi mentereng, nama ONIC akan terpatri dalam hall of fame MPL Indonesia. Mereka akan dielukan sebagai penyelamat scene MPL ID.
Namun jika pada akhirnya Skylar tidak tampil sesuai ekspektasi, atau bahkan terelegasi menjadi camat, maka transfer ini tak lebih dari sekedar marketing stunt dan ONIC harus siap menanggung backlash dari fans.
Karena jika dipikirkan kembali, perekrutan Skylar sebenarnya tak seurgent itu. Memang ONIC finis posisi 4 di MSC 2025, tapi secara overall tim ONIC sudah cukup solid dan hanya perlu memperbaiki mentality in-game.
Pada akhirnya, kita kembali ke pertanyaan semula: Untuk apa transfer Skylar dilakukan?