Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

EKSKLUSIF: Budi Muhamad Manar Cerita Strategi di Balik Indonesia Juara FIFAe World Cup 2024

Indonesia baru saja mengukir sejarah setelah berhasil keluar sebagai juara di ajang FIFAe World Cup 2024. Dinahkodai oleh Ichsan Taufiq (manajer) dan Budi Muhamad Manar Hidayat (asisten manajer), Indonesia main garang di partai puncak mengalahkan Jerman dengan agregat 8-2.

Kiprah Ichsan dan Budi dimulai dari fase grup dimana mereka ditempatkan di grup C dengan tim Sporting CP.

Fase grup dibagi ke dalam 3 season in-game yang dimainkan sepanjang 3 hari, plus 1 hari untuk pre-season. Tim Indonesia finis di posisi 1 grup C dengan total raihan 364 poin.

Pada babak playoff yang dimainkan secara offline, seluruh tim bermain dengan format Fantasy Draft, berbeda dengan fase grup.

Ichsan dan Budi berhasil mengalahkan pasangan Inggris Arron Falloon dan Matt Mullen dengan skor 2-2 dan 1-3 (agregat 3-5).

Barulah pada babak final melawan Sven Goly dan Tery Whenett, Indonesia melumat Jerman dengan skor 3-0 dan 5-2 (agregat 8-2).

Sumber: x.com/FootballManager

Laju mulus Indonesia di ajang yang dihelat di Liverpool, Inggris, ini tak terlepas dari strategi jitu yang dilakukan oleh Ichsan dan Budi. Mereka pintar dalam mematikan pemain-pemain kunci lawan, serta siap sedia untuk menyediakan rencana cadangan seandainya startegi awal terbaca lawan. “Kunci kemenangan kami adalah mematikan pemain kunci lawan, dan mereka tidak punya plan B, sedangkan kami punya plan lain,” ujar Budi ketika ditanya oleh GGWP melalui pesan Instagram.

Lebih lanjut, ketika fase fantasy draft, pemilhan pemain yang ingin dimainkan pun dilatarbelakangi oleh strategi yang sudah disiapkan. Hanya diberikan dana sebesar 270 juta, mereka tak ingin memilih pemain bintang berharga mahal. Mereka lebih mementingkan pemerataan posisi untuk budget yang terbatas tersebut. “Ketika fantasy draft, budget kita terbatas hanya 270 juta, kita tidak mau beli pemain mahal di satu posisi, maka kita ratakan budget itu di setiap posisi,” jawab Budi.

Chemistry antara Ichsan Taufiq selaku manajer dan Budi Muhamad Manar patut mendapat pujian. Meskpun baru bertemu saat babak kualifikasi, tapi mereka bisa mamadukan kemapuan masing-masing dalam bermain Football Manager.

Mereka membagi dengan jelas tugas masing-masing. Misalnya Ichsan lebih fokus dalam hal taktik, sedangkan Budi bertanggung jawab untuk pemilihan pemain yang akan dibeli. “Sebenarnya tidak ada pembagian yang wajib dari rules-nya. Namun kami sudah sepakat kalau untuk urusan taktik oleh Ichsan sedangkan urusan transfer atau draft kemarin oleh saya,” ujar Budi.

Berbeda dengan Ichsan Taufiq yang baru mulai main Football Manager di tahun 2023, Budi Muhamad Manar punya cerita lain. Diketahui jika sosok yang bekerja sebagai programer ini merupakan pemain Football Manager lawas. Ia sudah main Football Manager sejak tahun 2008. Sempat vakum, kemudian kembali lanjut kecanduan mulai FM 2012.

Sebagai player lawas, tentu Budi berharap jika raihan prestasi ini jadi momentum bagi dirinya untuk lebih serius terjun di scene esports. Begitupun dengan PB ESI misalnya, yang bisa melirik Football Manager sebagai game baru yang perlu mendapat perhatian dan pembinaan khusus sebagai esports game yang bisa mendatangkan prestasi.

Budi juga bercerita jika sebenarnya Football Manager sudah punya kompetisinya sendiri di Indonesia, tapi masih dikelola secara amatir. “Di komunitas kami IDFM (Football Manager Indoneia), sudah ada kompetisi lokal, tapi panitianya kami, pesertanya pun kami dan hadiahnya receh. Harapan kami ada sponsor masuk dan diperhatikan lagi oleh PB ESI,” pungkas Budi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mecca Medina
EditorMecca Medina
Follow Us