Di Balik Komunitas Kingdom: Sosok dan Pengalaman Andika “Murdock” Marta

Fans RRQ atau yang dikenal dengan sebutan Kingdom saat ini adalah komunitas yang besar dan terus berkembang. Namun tahukah kamu sosok di balik besarnya Kingdom yang bernama Andika “Murdock” Marta?
Andika “Murdock” Marta adalah Head Community and Event RRQ saat ini. Beliau juga sosok yang melahirkan hingga membesarkan Kingdom dan masih aktif di berbagai kegiatan komunitas serta event dari RRQ.
Keahlian pria berusia 38 tahun ini dalam membesarkan Kingdom tidak lepas dari pengalamannya yang memang berasal dari gamer yang juga aktif di komunitas game sejak tahun 2000.
Berawal dari Gamer yang Aktif di Komunitas Game

Dalam interview dengan penulis di Mid Plaza, Andika menceritakan bahwa dia sudah aktif berkomunitas sejak tahun 2000, namun awalnya adalah komunitas game-game casual maupun RPG.
“Gua ikut komunitas dari tahun 2000 sampai 2019. Enggak pernah pengen masuk esports awalnya, karena gua lebih suka game-game casual. Jadi komunitas gua itu game-game RPG seperti Ragnarok. Game-game yang geraknya komunitas. Kalau esports buat gua sebenarnya fanbase.”
Dia menceritakan bahwa selama di komunitas, seiring dengan pengalaman berinteraksi di komunitas, dia bisa mendapatkan kemampuan untuk menggerakkan orang dan aktif.
“Gua senang di komunitas, 19 tahun itu enggak dapet apa-apa. Tapi jadi bisa ngegerakin orang (di dalam komunitas). Kadang enggak sadar juga, gua ngomong apa (yang lain) ngikut. Pengalaman mungkin ya.”
Bahkan ketika dia bekerja, dia bisa menjadi lead community, yang ketika itu belum ada divisi community event.
“Terus berjalan, gua pernah kerja di DiLo juga, empat tahun di Bandung sama Jakarta, lead community-nya juga sama bikin event. Waktu itu kan belum ada divisi community event.”
Untuk game yang ditekuni adalah AyoDance, sambil dia mengenang asal muasal nama “Murdock”.
“Sebenarnya agak panjang (menceritakan asal nama Murdock), tapi singkat cerita gua main AyoDance lah, nama-nama alay sebenernya. At the time (pada saat itu) kan belum ada istilah alay, asalnya itu dari “Murder on the dance floor”. Dan dulu gua sering ribut, ya awal-awal SMA kan. Jadi dari situ tercetusnya.”
Sempat Keluar dari Industri Game

Andika juga mengenang bahwa dia sempat meninggalkan industri gaming, namun kala itu tetap ada rekan yang mengajak untuk membuat acara atau event komunitas.
“Jadi 2015 gua itu mau ninggalin industri ini (gaming). Lalu 3 tahun gua ke Bali, udah enggak ada sangkut pautnya sama industri ini.”
“Tapi ketarik terus. Ada aja orang yang ngajak ‘ayo bikin ini, bikin itu, dateng acara ini, acara itu’ (komunitas). Eventnya juga sama, diminta bikin turnamen ini turnamen itu. Padahal gua bilang, ‘di Jakarta di Bandung, memang enggak ada orang lagi ya?’.
Karena hal tersebut, memiliki pemikiran bahwa untuk menjalankan event dan menggerakkan komunitas harus memiliki soul (menjiwai) bidang tersebut. Hingga akhirnya dia yang memang memiliki jiwa di komunitas game memutuskan untuk kembali berkecimpung di industri game.
“Tapi gua sadar waktu itu semua orang bisa bikin event, bisa bikin turnamen, tapi enggak semua orang punya soul-nya kan. Jadi enggak semua orang paham yang pas itu kayak gimana. Akhirnya gua kepikiran kayaknya gua udah terlanjut basah di industri ini, kenapa gua enggak lanjutin aja.”
“Akhirnya gua balik dari Bali, gua sempat ngehandle warnet juga di Bandung waktu itu, Namanya warnet Immortal, i-Café lah.”
Mencoba Bekerja di RRQ dan ke Jakarta

Bekerja di industri game dan memiliki teman serta komunitas membuat Andika memiliki banyak teman dan pengetahuan. Teman serta pengetahuan akan industri game serta komunitas ini menjadi titik awal Andika bisa berhubungan dengan RRQ.
“Kebetulan 2019 itu gua udah beres ngehandle i-Café, kemudian tanya ke teman yang bekerja di RRQ, ‘ikutan dong gua (kerja) di RRQ’ (ngomong ke Luki, temannya), gitu awalnya. Terus tiba-tiba direspon ‘ah serius lu, kan elu di Bandung’. Terus gua bilang aja tuh ‘kalo harus ke Jakarta, gampang lah itu’.”
Pembicaraan dilanjutkan dengan niat main Andika yang berangkat ke Jakarta. Pada momen tersebut, dia berkesempatan untuk ngobrol dengan Pak AP
“Terus gua main ke Jakarta, (awalnya) bukan untuk interview. Main ke kantor ini (kantor RRQ), ngobrol sama Luki, terus ngobrol sama Pak AP, karena saat itu ada pak AP. Ngobrol. Terus gua pulang.”
Obrolan awal tersebut ternyata bak gayung bersambut dengan pemanggilan Andika untuk interview di RRQ dan diterima bekerja di sana.
“Tiba-tiba pas pulang diminta untuk datang lagi ke RRQ untuk interview. Ya udah interview, tiba-tiba diterima. Ya gua jadi harus mempersiapkan beberapa hal untuk kerja di sini. Rada kaget juga, ‘mulai kerja nih?’ itu awalnya, 2019, MPL season 3.”
Mulai handle Community di RRQ dari Kertas Kosong

Ketika mulai bekerja, Andika mengatakan saat itu sudah ada orang namun lebih condong mengurus event. Akhirnya Andika memikirkan bagaimana untuk komunitas, mulai dari 0 atau kertas kosong.
“Sebelumnya di RRQ ada orang sebelum gua, tapi lebih ke event, bukan orang community. Akhirnya gua masuk, ya belum ada apa-apa. Belum ada istilah kingdom itu apa, belum tau kalau mengumpulkan komunitas dimana, belum ada apa-apa pokoknya. Masih benar-benar putih, Instagram juga belum ada.”
Dia memiliki keyakinan bahwa pada 2019 sudah banyak yang suka RRQ, namun masih belum ada wadah untuk komunikasi dan menyatukan para fans.
“Tapi gua tau RRQ itu banyak yang suka karena termasuk gua. Ada orangnya cuma kita belum connect aja saat itu, belum ada wadahnya. Bahkan kita mau nge-reach out mereka juga enggak tau kan lewat mana. Lama itu gua mengembangkannya 6 bulan tuh.”
“Lalu lanjut saat meet and greet Athena, masih sendirian itu. Ngehandle meet and greet dan turnamen. Jadi dari qualifier sampai hari H itu gua sendiri. Terus gua merasa udah hampir gagal gua.”
Untold Story: Hampir Nyerah Karena Belum Bisa Berkarya di RRQ

Ada satu kisah yang belum pernah dipublikasikan secara umum oleh Andika yaitu dia sempat hampir menyerah dalam membangun komunitas atau Kingdom.
“Untold story-nya, gua di bulan ke-6 itu udah hampir nyerah, karena ngerasa enggak bisa. Tapi ternyata polanya beda. Gua 19 tahun ngelead community gaming, tapi ternyata untuk esports itu beda, karena kecintaannya beda.”
Pada titik tersebut, Andika merasa belum bisa berkarya dan belum menghasilkan apa-apa untuk RRQ walaupun dia terus menerima hak setiap bulannya.
“Tapi karena saat itu masih belum menghasilkan apa-apa, gua ngerasa ngerugiin RRQ karena gaji jalan terus. Dan gua orangnya gentle, kalau gua enggak ngehasilin apa-apa, gua gak enak, dan gua akan pamit. Nerima gaji buta enak sebenernya kan? Tapi gua gak pernah suka. Jadi gua udah di titik mau pamit.”
Belajar dari Kegagalan dan Dukungan dari Pak AP

Pernyataan dari dirinya yang belum mampu berkarya membuat dia berbincang dengan Pak AP. Pada saat itu, menurut cerita Andika, pak AP memberi waktu untuk belajar dan terus mencoba yang akhirnya mulai membuahkan hasil.
“Nah di sini peran Pak AP besar. Jadi beliau kasih waktu buat, bukan kegagalan, tapi buat belajar. Ayo coba lagi, ayo coba yang lain lagi. Akhirnya gua nemu ‘pola’ untuk mengumpulkan Kingdom. Dari yang awalnya ketemuan 4 orang, lalu 5, 6,12, 30, dan seterusnya.”
Dari situ juga Andika mulai membentuk wadah yaitu Instagram untuk Kingdom sebagai medium berkomunikasi para Kingdom.
“Lalu gua coba bikin Instagram yang Kingdomm, dari 0 tuh, gak ada harapan jadi segede hari ini sebenernya waktu itu, yang penting bisa ngobrol aja. Akhirnya jadi media komunikasi buat mereka, wadah komunikasi buat mereka.”
“Jadi ibaratnya season 3 gua gagal, season 4 gua udah bikin sesuatu. Dan waktu itu gua ngumpulin 400 orang ya di tenis Indoor di grand final MPL season 4. Itu awalnya.”
Visi: Service ke Fans

Perkembangan Kingdom atau fans RRQ, menurut Andika, tidak lepas dari visinya sebagai head community serta Pak AP yaitu mengedepankan service untuk para fans!
“Faktor terbesarnya ada di visi gua sama pak AP. Karena kita sama-sama mengedepankan service untuk fans. Jadi kita mau kasih apapun untuk fans, untuk orang-orang yang loyal ini. Contoh yang kita lakukan hari ini itu RRQ Keliling Kota, itu dilakukan dari dulu. Giveaway, basic sebenernya, cuma bagaimana biar spesial buat mereka.”
“Terus orang-orang yang loyal ini, kita selalu pikirin bisa memberi apa untuk mereka. Kita selalu ingat awal-awal orang yang mau nge-build community siapa aja, itu kita kasih privilege lah. Misalnya kalau mereka ke MPL arena, gua usahakan mendapatkan tiket.”
Mendapatkan Hati Fans dan Kingdom Berkembang, Bergerak, dan Loyal

Semakin berkembangnya Kingdom tentu menjadi pencapaian. Namun untuk mampu bergerak serta mendapatkan fans yang loyal tentu adalah hal lain. Andika menceritakan bahwa untuk bisa membuat fans loyal kuncinya adalah di hati dari para fans dan juga service dari leader serta tim itu sendiri.
“Kalau lihat Pak AP sama gua, kita jor-joran jungkir balik sampai grassroot karena kita sama-sama tahu kalau service itu yang utama. dan kalau service-nya bagus, itu yang kena hati. Jadi ibaratnya, fans sayang sama RRQ, maka RRQ sayang fans. Jadi mereka mencintai dengan hati jadi kita juga harus balas dengan hati juga.”
“Karena gua selalu yakin fanbase atau apapun itu tergantung kepalanya, termasuk culture yang di-build di dalamnya. Kalau culture-nya gak dilarang untuk toxic, ya toxic aja terus.”
Kisah Kingdom Berbagi

Selama dirinya membesarkan Kingdom, ada satu fakta menarik yang diceritakan Andika, dan akhirnya menjadi buah baik serta hal positif yaitu budaya saling berbagi di dalam Kingdom, yang menjadi cikal bakal dari gerakan Kingdom Berbagi.
“Sebetulnya basic-nya itu program yang semua orang punya lah ya. Tetapi saat itu kenapa ada Kingdom, itu berangkat dari anak-anaknya juga (Kingdom).”
“Di Kingdom itu enggak semuanya berkecukupan, ada yang memang kekurangan. Gua berangkat dari keadaan itu. Komunitas itu kan support each other, saling mengisi, saling bantu, itu yang bikin jadi kuat kan.”
Bahkan Andika memberi contoh ketika ada salah satu anak Kingdom yang orangtuanya merupakan penjual minuman di sekitar MPL Arena. Dia pernah meminta para fans untuk membeli dagangan dari orangtua salah satu Kingdom tersebut.
“Contoh, jadi satu saat ada anak Kingdom yang orangtuanya jualan nutrisari di depan MPL Arena. Jadi gua tiap breakmatch itu bilang ke anak-anak Kingdom kalau beli minum di situ, kebantu tuh. Dan itu gua gampang terenyuh, begitu lihat itu nangis dalam hati.”
Beri Dampak Positif ke Masyarakat Sosial

Budaya berbagi yang bisa digerakkan di dalam Kingdom akhirnya menjadi cikal bakal untuk Kingdom juga berbagi ke masyarakat sosial.
Bagi Andika, komunitas juga harus memiliki impact positif ke lingkungan sosial dan salah satunya adalah Gerakan berbagi tersebut.
“Komunitas itu akan punya impact terhadap sosial kapan sih? Saat mereka bisa kasih impact yang baik kan. Kalau untuk RRQ mah enggak usah ditanya saat itu impactnya seperti apa. Tapi gua pengen coba Kingdom ini bisa berpengaruh baik juga ke lingkungan sosial.”
“Selain membantu, kita juga bisa diterima di masyarakat. Dan ketika mereka ingat, mereka ingat hal baik dari Kingdom. Dan didoain juga.”
“Awalnya anak-anak Kingdom doang, lalu kita bikin lagi, lalu gua sampaikan ke Pak AP, pak AP pasti support, tapi soul-nya ada di Kingdom.”
“Jadi sebelum bantu orang, kita bantu yang dekat-dekat dulu. Jadi awalnya ngebantuin satu, nanti yang dibantuin tadi bisa membantu yang lain, dan seterusnya, kan indah ya.”
Pesan untuk Jadi Head atau Lead Komunitas

Andika “Murdock” Marta yang berhasil membesarkan Kingdom memberikan pesan atau tips kepada head atau lead komunitas lain bahwa untuk membesarkan komunitas.
Menurutnya seorang lead atau head komunitas harus mau meluangkan waktu, mampu diterima oleh banyak orang dengan baik, serta memiliki nyali menghadapi berbagai hal termasuk kegagalan.
“Menurut gua itu, mereka harus sanggup meluangkan waktu 3 kali lipat dibanding staf lain di kantor. kalo orang lain masuk jam 8 pulang jam 5, kalau gua pulang jam 11 malam untuk lebih tau apa yang terjadi dan untuk tau apa yang member ini inginkan.”
“Yang kedua, untuk bisa menggerakkan komunitas, elo harus bisa diterima oleh orang-orangnya dengan baik. Kalau enggak diterima, elo gak akan didengar. Untuk itu harus bisa jadi panutan untuk anak-anaknya.”
“Sama, elo punya nyali sih. Karena komunitas itu enggak ada polanya. Elo mau bikin program apa coba?. Kalau tim misalnya, elo latihan lalu tanding turnamen. Kalau komunitas mau ngapain? Contoh gua tiap weekend ke MPL arena, paling gampang nih kita akan ke Arena untuk support RRQ. Bisa enggak? Ya bisa. Cuma cukup atau enggak?. Gua sampai bikin dan siapin chant untuk lawan tim mana, tim lawan seperti apa, nanti kita chant pakai apa.”
Pesan untuk yang Mau Masuk ke Industri Esports

Terakhir Andika juga memiliki tips bagi orang yang ingin terjun dan bekerja di industri esports.
Dia mengatakan bahwa selain pengetahuan yang dibawa, setiap orang yang ingin terjun ke industri esports juga harus memiliki soul (jiwa) serta pemahaman akan esports (termasuk game-game di dalamnya).
“Kalau untuk masuk esports, kalau buat gua yang harus dipunya itu soul. Kemampuan itu textbook. Karena ketika elo paham esports, elo akan tau apa yang dibutuhkan kan.”
“Bikin event itu mau di bola, mau di musik, mau di esports sama polanya, tapi warnanya beda. Kalau di esports harusnya begini, kalau musik begini. Begitu juga bikin event publisher dan event sebagai tim esports beda lagi. Nah itu kita bisa tau bedanya kalau punya soul-nya.”
Andika juga mengatakan, bisa saja orang yang memang sudah memiliki skill bekerja untuk masuk ke industri esports. Namun jika tidak memiliki soul-nya maka orang tersebut tidak akan lama bekerja di industri esports.
“Bisa tapi enggak lama buat gua. Dan dia enggak bisa ngasih value besar ke perusahaan, kecuali pekerjaan yang membuat form, yang template lah.Yang dicari sama tim esports itu yang begitu, yang ketika elo masuk ke satu divisi, elo bisa kasih value di situ.”