Sumber: instagram.com/dikamurdock/
Dalam interview dengan penulis di Mid Plaza, Andika menceritakan bahwa dia sudah aktif berkomunitas sejak tahun 2000, namun awalnya adalah komunitas game-game casual maupun RPG.
“Gua ikut komunitas dari tahun 2000 sampai 2019. Enggak pernah pengen masuk esports awalnya, karena gua lebih suka game-game casual. Jadi komunitas gua itu game-game RPG seperti Ragnarok. Game-game yang geraknya komunitas. Kalau esports buat gua sebenarnya fanbase.”
Dia menceritakan bahwa selama di komunitas, seiring dengan pengalaman berinteraksi di komunitas, dia bisa mendapatkan kemampuan untuk menggerakkan orang dan aktif.
“Gua senang di komunitas, 19 tahun itu enggak dapet apa-apa. Tapi jadi bisa ngegerakin orang (di dalam komunitas). Kadang enggak sadar juga, gua ngomong apa (yang lain) ngikut. Pengalaman mungkin ya.”
Bahkan ketika dia bekerja, dia bisa menjadi lead community, yang ketika itu belum ada divisi community event.
“Terus berjalan, gua pernah kerja di DiLo juga, empat tahun di Bandung sama Jakarta, lead community-nya juga sama bikin event. Waktu itu kan belum ada divisi community event.”
Untuk game yang ditekuni adalah AyoDance, sambil dia mengenang asal muasal nama “Murdock”.
“Sebenarnya agak panjang (menceritakan asal nama Murdock), tapi singkat cerita gua main AyoDance lah, nama-nama alay sebenernya. At the time (pada saat itu) kan belum ada istilah alay, asalnya itu dari “Murder on the dance floor”. Dan dulu gua sering ribut, ya awal-awal SMA kan. Jadi dari situ tercetusnya.”