Model jualan item atau hero OP berpotensi membuat untuk pay to win. Sumber: Youtube Force Gaming
Walaupun model bisnis ini terbukti berjalan dengan lancar, sebenarnya model bisnis jualan hero ini memiliki beberapa kekurangan yang bisa berkaibat fatal bagi para pencipta game yang sembarangan menerapkannya!
Pertama model ini berpotensi menciptakan unsur pay to win atau bayar untuk menang. Merilis item atau hero super OP yang auto win dan bisa didapatkan oleh para pemain dengan membayarkan sejumlah uang berpotensi merusak fairness dalam game tersebut!
Dalam game MOBA misalkan, kita kerap kali disuguhkan dengan rilisan hero baru yang sangat kuat dan membuat hero-hero lain terlihat cupu dihadapannya! Otomatis, para pemain yang masih ingin bersaing “dipaksa” membeli hero tersebut!
Walaupun demikian, para developer game tersebut ternyata cukup pintar untuk kemudian memberikan penyesuaian seperti nerf atau buff pada hero OP tersebut. Artinya, setelah hero baru OP tersebut membuat jengkel para pemain, tinggal di nerf saja!
Argus, Hero ML:BB yang dianggap sangat OP saat ia baru rilis.
Kekurangan kedua dari model bisnis ini adalah pencipta game terlalu terfokus untuk jualan hero baru dan membuat jumlah hero terus bertambah dan hero-hero lama semakin tidak berguna.
Bila nerf dan buff tidak dilakukan dengan seksama, hal ini akan berakibat akan ada hero-hero “sampah” yang sama sekali tidak berguna saat dimainkan bersandingan dengan hero-hero baru yang memiliki skilll sangat kuat!
Pada akhirnya, model bisnis jualan hero ini memang bukan sesuatu yang buruk. Terbukti game-game esport sekelas LoL, Paladins, HoTS, juga Smite masih menggunakan model ini.
Jadi pada akhirnya para developer game harus bijak dalam menjalankan model bisnis ini karena para pemain bisa saja marah karena game terlalu sering jualan hero yang OP dan merusak perminan!
Sedangkan bagi pemain, tinggal pilih, apakah mau beli atau tidak dan menerima konsekuensinya masing-masing! Kalau kamu pilih beli atau tidak guys?