Kisah Nyata Lu Bu Arena of Valor, Ksatria Imba yang Pemarah

Siapa tidak kenal Lu Bu? Karakter dalam novel fiksi Romance of the Three Kingdoms ini makin populer saat muncul sebagai salah satu hero di Arena of Valor. Seperti apa kisah nyata Lu Bu Arena of Valor? Dalam game esport ini, Lu Bu muncul sebagai seorang warrior yang bisa menghabisi lawan dengan mudah sekaligus memiliki pertahanan yang kuat untuk menahan serangan.
Berkhianat ke bapak angkat

Lu Bu lahir dengan nama Lu Fengxian. Ia dikenal dengan ciri khas memakai penutup kepala dengan ekor serta memiliki kuda bernama red hare. Badannya besar dan ia memiliki keahlian tinggi sebagai seorang petarung dan pemanah berkuda.
Mengawali karirnya, Lu Bu pertama kali mengabdi kepada Ding Yuan, yang memperlaukan Lu Bu bagai anak sendiri. Suatu hari, seorang jenderal besar bernama Dong Zhuo merayu Lu Bu untuk bergabung dengannya dan membunuh Ding Yuan dengan memberinya barang pusaka.
Lu Bu terbujuk rayuan tersebut dan membunuh bapak angkatnya, Ding Yuan. Dong Zhuo senang dengan kemampuan tempur Lu Bu dan menjadikannya pengawal pribadi.
Dong Zhuo sendiri kala itu dikenal sebagai penguasa yang lalim. Ia menguasai ibu kota kekaisaran dan menempatkan kaisar boneka untuk memerintah kekaisaran China kala itu. Dong Zhuo juga seorang pemarah dan sering berlaku tak sopan sehingga banyak yang tak suka padanya.
Sifat pemarah Dong Zhuo ini akhirnya menjadi bumerang. Suatu hari ia marah dan melempar Lu Bu dengan pisau kecil, yang hampir membunuh Lu Bu kalau saja ia tak lincah menghindari pisau tersebut.
Pemarah dan pendendam

Lu Bu marah dan menyimpan dendam karena peristiwa ini. Keinginannya membunuh Dong Zhuo bertambah besar, khususnya karena ia juga menyukai salah satu dayang-dayang Dong Zhuo bernama Diao Chan.
Kesal dilempar pisau, ia menceritakan kejadian itu ke Ding Yuan. Tak disangka, Ding Yuan ternyata membenci Dong Zhuo, bahkan memiliki rencana untuk membunuhnya. Ding Yuan kemudian mengompori Lu Bu untuk membunuh Dong Zhuo.
Karena tempramennya yang mudah dibakar, Lu Bu terbujuk rayuan itu dan langsung membunuh Dong Zhuo. Tak ayal, pasukan yang setia dengan Dong Zhuo menyerangnya dan mengusirnya dari kota Chang’an.
Membawa kepala Dong Zhuo di kudanya, Lu Bu masuk dan diterima oleh seorang jenderal bernama Yuan Shu. Yuan Shu menerima Lu Bu dengan baik, namun ternyata kebaikan tersebut dirasa kurang oleh Lu Bu yang arogan. Ia beranggapan seharusnya ia mendapat lebih karena membunuh seorang jenderal besar.
Ia akhirnya pergi meninggalkan Yuan Shu dan pergi menghadap saudaranya. Yuan Shao. Ia pun membantu pasukan Yuan Shao menghabisi musuhnya, Zhang Yan, dan sukses.
Pongah dan sombong

Namun lagi-lagi Lu Bu arogan. Setelah kemenangannya, ia berteriak-teriak sombong ke Yuan Shao dan mengecilkan kemampuan jenderal-jenderalnya. Tentu saja ini membuat Yuan Shao marah. Melihat itu, Lu Bu yang khawatir dibunuh lari kembali ke tempat lain.
Di tengah perjalanan, pasukan yang mengawalnya diam-diam ternyata telah bekerja sama dengan Yuan Shao dan menusuknya di kala tidur. Setelah dianggap tewas, mereka pulang dan melapor ke Yuan Shao.
Ternyata, yang tewas tersebut bukanlah Lu Bu! Curiga dengan tindak-tanduk Yuan Shao, Lu Bu lari di malam hari dan menyuruh pengawalnya tidur di kasurnya.
Lu Bu lari dan melanjutkan petualangannya, mengkhianati banyak panglima serta jenderal, dan akhirnya memutuskan untuk membangun sendiri kekuasaan di Xiapi.
Melihat Lu Bu dalam posisi lemah, tiga pasukan di bawah Cao Cao, Liu Bei, dan Yuan Shu menyerang Xiapi dan mengepung selama 3 bulan. Keadaan diperparah dengan pengkhianatan para bawahannya. Lu Bu akhirnya berhasil ditangkap Cao Cao.
Mati memalukan

Berhadapan dengan Cao Cao, Lu Bu membujuk jenderal besar tersebut untuk merekurtnya. Ia berkata, “Tuanku Cao Cao, aku adalah salah satu lawan yang paling kamu takuti. Namun karena aku sudah menjadi tawananmu, kamu tidak perlu khawatir lagi. Tuanku, izinkan aku bergabung denganmu dan aku akan membantumu menguasai kekaisaran.”
Cao Cao bergeming dan hampir melepaskan ikatan tali Lu Bu, sebelum akhirnya Liu Bei berteriak, “Tuanku Cao Cao, ingat apa yang ia lakukan pada ayah angkatnya sendiri, Ding Yuan dan Dong Zhao!” Mendengar itu, Cao Cao tersadar dan akhirnya tetap memutuskan untuk menghukum mati Lu Bu.
Lu Bu tewas dengan tragis. Para jenderal biasa dihukum mati dengan cara dipenggal, namun tidak dengan Lu Bu. Ia mati digantung, yang menurut tradisi kala itu sebenarnya merupakan hukuman mati untuk wanita.
Setelah itu, berakhir lah petualangan Lu Bu. Sikapnya yang pemarah, tidak loyal, dan berkhianat membuatnya dikenang buruk sepanjang sejarah tiga kerajaan. Jangan ditiru!