Sumber: Fanpage TEAMnxl>
Jawabannya tidak. Eddy Lim mengatakan kepada GGWP.id kalau 8 tim yang dihubungi oleh pihak panitia adalah kebetulan seluruhnya tim yang berasal dari Jakarta.
Padahal, ia mengaku kalau ada top team yang di luar Jakarta dan benar-benar tidak bisa datang ke lokasi, panitia akan memberikan keringanan dengan memperbolehkan mereka bermain di sebuah i-cafe, dan diawasi oleh panitia secara langsung.
Meskipun hal tersebut tidak menjadi rekomendasi, karena pastinya akan ada perbedaan latency bahkan 0,05 detik saja yang bisa menyebabkan kemenangan atau kekalahan suatu ronde!
“Sebenarnya kita, IeSPA sudah menyortir 8 tim terbaik Indonesia, kebetulan semuanya di Jakarta. Tapi setelah kita hubungi, ada beberapa yang tidak bisa. Akhirnya kita coba kontak tim-tim Indonesia di bawahnya, bahkan ada yang dari luar Jakarta juga, mereka juga tidak bisa,” aku Eddy Lim.
Karena memang waktunya juga sudah mendekati tenggat waktu, akhirnya pihak panitia memutuskan untuk memberi slot terakhir kepada tim tuan rumah, G-1st. Pertimbangan ini didasari pada tradisi olahraga yang memberikan tuan rumah sebuah slot untuk berlaga.
“Kalau memang tim yang kita pilih, top team dari Indonesia ada di Papua, kita pasti bakal mendatangkan panitia ke sana untuk bantu mengawasi,” tambah Eddy Lim.
Akhirnya, Indonesia CS:GO qualifier untuk IeSF ke-9 pun dimulai dengan 6 tim saja, dan tetap menggunakan format double elimination.
Turnamen pun berakhir pada tanggal 28 September 2017, dan menelurkan tim Akara sebagai wakil Indonesia di IeSF World Championship ke-9 di Busan!
Semoga ke depannya, seluruh penyelenggaraan acara esport bisa dieksekusi dengan lebih matang ya, tentu saja agar esport Indonesia bisa lebih maju!