Pelajaran Bagi Kamu yang Ingin Menggelar Kompetisi Esport Sendiri, seperti HEXION 2017!

Kompetisi esport yang sering ditemui biasanya digelar oleh mereka yang telah profesional di bidangnya. Namun, hal itu rupanya tidak berlaku di sebuah kampus, karena mahasiswanya saja sudah mampu untuk menggelarnya secara mandiri.
Para Darah Muda yang kami maksud tersebut adalah mahasiswa dari Universitas Binus. Berkat kreatifitas yang terus digenjot dan dukungan yang baik dari pihak kampus, ratusan aktifis mahasiswa Binus yang tergabung di dalam HIMTI (Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika) dapat menggelar sebuah kompetisi esport yang cukup mengagumkan.
Kompetisi esport tersebut digelar bersamaan dengan acara yang bertajuk HEXION, yang berlangsung sejak 18 hingga 20 Desember 2017.
Acara itupun berhasil menarik perhatian publik. Puluhan tim esport di daerah Jabodetabek pun tertantang untuk mengikuti kompetisi yang menambah warna turnamen Esport di Indonesia tersebut.
Galuh Oktavia Anggraini selaku Chairman HEXION 2017 mengatakan, event yang digelarnya untuk menggali karya dari para generasi muda.
“Acara ini sih tujuannya untuk menggali karya generasi muda. Biasanya sekarang anak-anak IT memiliki banyak karya, namun takut untuk menampilkannya ke publik. Maka dari itu, kami menyiapkan wadah bagi mereka,” tuturnya.

Agar memeriahkan acara yang digelarnya, Galuh bersama lebih dari 100 mahasiswa lainnya yang tergabung ke dalam panitia HEXION 2017 pun ikut mengadakan kompetisi esport, yang dibuka secara bebas.
Terdapat dua game yang dikompetisikan, yakni Dota 2 dan FIFA 2018, yang dipilih berdasarkan survey.
“Kami juga ingin mengajak publik untuk ikut meramaikan HEXION 2017. Maka dari itu, kami turut menggelar kompetisi esport, yaitu Dota 2 dan FIFA 2018. Pemilihannya pun kami lakukan berdasarkan survey,” jelas Galuh.
HEXION 2017 pun digelar dengan perencanaan yang matang. Pasalnya, acara ini telah dipersiapkan sejak Februari lalu.
“Kami sudah mulai bersiap sejak bulan Februari sih, kami mengumpulkan tim, tema dan acara yang akan meramaikan HEXION 2017. Ya bisa dibilang acara ini telah dipersiapkan dengan cukup matang,” katanya.
Guna menyempurnakan acara tersebut, Galuh bersama timnya pun mencari sponsor secara mandiri. Dirinya mengaku, kampusnya turut memberikan kontribusi yang sudah sangat besar.
“Tentunya kami mencari sponsor, ada Logitech, ViewSonic, dan masih banyak lagi. Kampus juga memberikan dukungan, lokasi acara ini yang digelar di kampus sudah menjadi bentuk dukungan yang sangat besar,” jelas Galuh.
Kami pun penasaran, apakah ada bentuk dukungan pemerintah Indonesia terhadap acara yang pantas untuk dibanggakan ini, contohnya dari IeSPA.
Galuh mengaku, tahun ini dirinya bersama tim belum melakukan pendekatan, hal tersebut berdasarkan respon yang belum diterimanya sejak pengajuan HEXION 2016.

“HEXION kan sudah 7 tahun ya, sejak 2000, pada tahun keenam atau HEXION 2016 kami sempat mengajukan kepada IeSPA. Tapi, belum ada respon. Maka dari itu, untuk tahun ini kami merasa untuk tidak mengajukannya dulu,” jawabnya sambil tersenyum.
Bagaimana tanggapan Universitas Binus akan pencapaian mahasiswa mereka, yang notabene telah mampu menggelar acara sebesar ini?
Pihak Universitas Binus, yang diwakili oleh Violita Ismaya selaku Deputi Head Program Sekjur mengatakan, para mahasiswa senidir telah memiliki ide-ide yang hebat, yang rasanya sayang untuk dibiarkan.
Maka dari itu, Binus merasa berkewajiban untuk memberikan dukungan.
“Acara ini adalah bukti jika para mahasiswa dipenuhi dengan ide-ide cemerlang, terutama untuk mengekspresikan dirinya di jalur yang positif, makanya kami wajib untuk memberikan dukungan.”
“Kami pun cukup bertukar informasi saja dan menyesuaikannya dengan jadwal perkuliahan,” jelasnya.

Violeta mengaku, mahasiswa sendiri telah membuktikan diri mereka mampu meningkatkan apa yang telah dilakukannya dari tahun ke tahun, dan hal itu merupakan bukti nyata dari kreatifitas mereka.
“Bisa dilihat jika acara yang telah digelar sejak tahun 2000 ini mengalami perkembangan yang pesat. Itu bukti nyata jika dukungan yang kami berikan tidaklah percuma,” katanya.
Wanita tersebut menambahkan, peningkatan bisa dilihat dari banyaknya jumlah acara yang digelar.
“Tahun ini contohnya, para mahasiswa tidak hanya menggelar kompetisi yang jumlahnya satu, namun dua kompetisi sekaligus. Selain itu, acara ini juga diisi dengan kompetisi web making, mobile app developing, bahkan workshop dan seminar. Ini adalah aktifitas yang membanggakan,” jelasnya.
HEXION 2017 pun dibuka untuk umum. Masyarakat bisa mengikutinya dengan membayar sejumlah tiket masuk, yang harganya sekitar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribuan saja.
Mereka yang mengikuti seminar dan workshop hanya dipatok dengan tiket masuk senilai Rp50 ribu (bagi mahasiswa) dan Rp55 ribu (bagi umum). Acara itu diisi dengan para profesional yang disesuaikan dengan tema acara.
Pada kompetisi Dota 2, yang juga dibuka secara umum, panitia menetapkan harga keikutsertaan sebesar Rp100 ribu.
Hebatnya, terdapat 60 tim yang mengikuti acara tersebut, sehingga total hadiah yang didapatkannya pun lumayan besar, mulai dari Rp500 ribu hingga Rp2 juta, untuk 3 juara utama!

Sementara itu, pada kompetisi FIFA 2018, harga pendaftaran hanya sebesar Rp30 ribu. Setiap peserta pun boleh mendaftarkan diri hingga 3 slot.
Untuk hadiahnya, panitia menyiapkan hadiah mulai dari Rp250 ribu hingga Rp750 ribu, yang juga ditujukan bagi 3 pemenang.
Pada kompetisi web making yang bertema Connecting Nusantara Through Online, terdapat 40 tim yang terdaftar.
Sementara itu, untuk kompetisi mobile app developing juga terdapat 40 tim yang ikut serta. Uang pendaftaran yang ditentukan hanya senilai Rp50 ribu, dengan total hadiah yang serupa dengan kompetisi FIFA 2018.
Keseluruhan acara ini ditentukan berdasarkan tema dari HEXION 2017, yang ingin meningkatkan industri teknologi dengan mencari orang-orang berbakat, yang mungkin sebelumnya mereka enggan untuk menunjukan diri.
“Selain ingin meningkatkan kreatifitas mahasiswa, acara ini juga bertujuan untuk mencari orang-orang yang berbakat di dunia teknologi. Maka dari itu, kami tidak hanya menggelar kompetisi game, namun juga kompetisi web making dan juga mobile app developing,” jelasnya.

Galuh mengatakan, HEXION merupakan event yang ditargetkan terus hadir di setiap tahunnya. Pada tahun depan pun pihaknya berjanji untuk menghadirkan lebih banyak aktifitas menarik.
“Kami ingin menghadirkan HEXION di setiap tahun. Pada tahun depan nanti, akan ada lebih banyak aktifitas seru, nantikan ya,” tutup Galuh.
Harapan serupa pun dilontarkan oleh Binus melalui Violeta. Dirinya sangat berharap jika pada tahun-tahun berikutnya para mahasiswa mampu menghadirkan lebih banyak acara yang bermanfaat.
“Semoga saja pada tahun depan para mahasiswa akan menggali kreatifitas mereka secara lebih lagi. Dengan begitu beragam acara positif akan lebih banyak lagi,” tuturnya.
Violeta juga berharap, HEXION di tahun berikutnya tidak hanya berlangsung secara nasional saja, namun juga go international.
“Tentu saja harapan terakhir kami adalah kreatifitas anak-anak ini tidak hanya disadari di dalam negeri, namun juga di luar negeri, atau go international.”
HEXION 2017 merupakan bukti nyata kreatifitas mahasiswa yang bisa disempurnakan dan memukau publik berkat dukungan kampus mereka.
Semoga saja semakin banyak kampus yang dapat memberikan dukungan serupa kepada mahasiswanya, agar terdapat lebih banyak lagi aktifitas seru dan menantang!
Diedit oleh Audi E. Prasetyo