Dilansir dari akun X @ArslanAsh95 pada Kamis (3/7) kemarin, sang pro player itu pun memberikan klarifikasinya. Ia mengakui kalau dirinya sempat mengonsumsi obat tersebut karena arahan seorang trainer yang dikenalnya di sebuah Gym.
"Pada 2021 saat COVID-19, saya pergi ke Gym di Pakistan. Seorang trainer di sana, menawarkan saya apa yang disebutnya 'Suplemen' yang akan membantu mempercepat prosesnya. Saya mempercayai sarannya, dan membayar sekitar PKR60 ribu tanpa menyadari kalau obat itu termasuk zat terlarang," tulisnya.
Ia pun menceritakan kalau dirinya baru mengetahui bahwa itu Zat Terlarang setelah menjalani tes usai memenangkan IESF 2022 Bali.
"Pada akhir 2022, setelah mejuarai IESF, saya menjalani tes, dan saat itulah saya mengetahui kebenarannya, di mana, apa yang saya konsumsi itu sebenarnya adalah zat yang dilarang dalam kompetisi olahraga. Tes tersebut dilakukan berdasarkan peraturan 'WADA' dan dinilai berdasarkan standar atlet tingkat Olimpiade," tulisnya di akun X miliknya.
Ia menegaskan kalau hal ini tidak disengaja dirinya lakukan. Arslan juga menegaskan bahwa dirinya langsung berhenti mengonsumsi zat tersebut setelah mengetahui informasinya.
"Saya ingin menegaskan, ini tidak pernah disengaja. Saya disesatkan, dan sayangnya, menjadi korban budaya Gym, di mana, zat seperti ini dijual begitu saja tanpa arahan atau edukasi. Begitu saya menyadarinya, saya langsung berhenti."
"Izinkan saya juga menegaskan satu hal, ini tidak pernah menjadi bagian dari perjalanan saya di dunia esports. Saya telah memenangkan gelar internasional seperti EVO dan banyak lainnya, jauh sebelum saya menginjakkan kaki di Gym tersebut. Kesuksesan saya dalam dunia gaming dibangun murni dari keterampilan, dan kerja keras," tulis Arslan Ash.