Lando, Sang Pelindung Laut Dari Lokapala yang Terinspirasi Suku Bajo

Masyarakat suku Bajo belakangan ini sering disebut-sebut di kancah internasional. Ternyata sebelum Avatar, Lokapala juga sudah menghadirkan karakter Ksatriya yang terinspirasi dari masyarakat Bajo, yaitu Lando.
James Cameron, sutradara film Avatar: The Way of Water menyebutkan bahwa masyarakat Na’Vi dari suku Metkayina atau suku air terinspirasi dari beberapa budaya, salah satunya adalah suku Bajo. “Ada orang (Sama-Bajau) Indonesia yang tinggal di rumah panggung dan hidup di atas rakit. Kami melihat hal-hal seperti itu,” kata Cameron.
Inspirasi seperti ini juga yang menjadi pondasi dari sosok Lando di game Lokapala. Seperti apa proses kreasinya?
Lando dari Lokapala terinspirasi dari masyarakat Bajo

“Sebagai negara biodiversity kedua di dunia, Indonesia punya tanggung jawab dalam menjaga ekosistem dan biota laut dunia, khususnya terumbu karang,” kata Ninoi Kiling, IP & Development Lead Anantarupa Studios.
“Tercatat ada lebih dari 500 jenis terumbu karang di segitiga koral yang kini sepertiga kondisinya sangat memprihatinkan. Kami berharap kedepannya generasi muda Indonesia lebih sadar dan peduli terkait isu lingkungan laut Nusantara,” sambungnya.
Sebagai masyarakat bahari, gaya hidup dan budaya masyarakat Bajo tidak dapat dipisahkan dengan laut. Malah, keseganan masyarakat Bajo terhadap laut sangat terlihat bahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Contohnya, mereka menggunakan peralatan sederhana untuk menangkap ikan dan memiliki pantangan untuk membuang sampah rumah mereka di laut.
Mereka percaya bahwa melanggar kedua hal ini akan berakibat datangnya bencana laut, seperti rusaknya kelestarian dan ekosistem laut, terutama terumbu karang. Nilai-nilai kearifan masyarakat Bajo inilah yang ingin disampaikan dalam Ksatriya Lando di Lokapala.
Suku Bajo terdiri dari orang-orang yang beradaptasi untuk hidup di laut

Masyarakat Bajo pada awalnya adalah masyarakat bahari dengan kisah dan asal usul yang menarik. Tercatat suku Bajo tersebar di berbagai tempat di kawasan Asia Pasifik, mulai dari Indonesia, Filipina, Taiwan bahkan hingga kawasan Cina.
Namun, keberadaan masyarakat Bajo sudah tercatat dalam sejarah sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Menurut sejarah, masyarakat Bajo memiliki kontribusi yang besar dalam menjaga wilayah laut Nusantara yang menjadi jalur perdagangan dunia.
Hal menarik lainnya adalah kondisi fisiologis suku Bajo yang berbeda dengan manusia lainnya. Riset menunjukkan bahwa DNA suku Bajo mengalami adaptasi genetik, seperti ukuran limpa mereka yang 50% lebih besar dari populasi umumnya.
Limpa berfungsi untuk menyimpan cadangan darah, sehingga semakin banyak darah merah yang dapat ditampung, artinya semakin banyak juga oksigen yang tersimpan. Inilah yang membuat mereka mampu menyelam di kedalaman hingga 70 meter dengan kurun waktu lebih dari 10 menit.
Untuk lebih banyak informasi seputar esports, jangan lupa untuk follow akun Instagram GGWP.ID di @ggwp_media!