Midlaner Fnatic Suka Tekanan dan Bermain Lebih Jago Karenanya!

Kalau para pemain esports lain biasanya tidak suka tekanan, midlaner dari tim Fnatic punya cerita yang cukup berbeda.
Marek Brazda atau lebih dikenal dengan nama Humanoid justru merasa kalau hal tersebut adalah keahliannya.
Bagaimana tidak? World Championship League of Legends (Worlds) 2023 adalah kejuaraan dunianya yang keempat, tapi ia malah semakin bersemangat.
Siapa sih sebenarnya Humanoid ini? Apa yang membuat ia jadi benar-benar suka menghadapi tekanan mental yang tinggi?
Sosok Humanoid, Midlaner Tim Fnatic yang Suka Menghadapi Tekanan

Humanoid memulai karirnya pada tahun 2015, di mana kala itu ia masih harus bergelut dengan rasa khawatir dan gugup.
Setelah ia berhasil memenangkan 2 piala LEC bersama tim MAD Lions, pemain yang satu ini menarik perhatian Fnatic.
Bermain di LEC selama beberapa tahun, best of one di LEC tidak lagi membuat Humanoid bersemangat.
Justru semakin banyak dirinya bermain, semakin sering juga ia menikmati match yang punya taruhan besar.
Menurut Humanoid, semakin besar tekanan yang ia rasakan, semakin tinggi juga fokus yang ia miliki.
Menunggu-nunggu format Swiss yang baru

Tahun ini, ada sistem pertandingan baru untuk kejuaraan yang akan digunakan bernama Swiss format.
Lewat format ini, tim yang memiliki catatan atau peringkat yang sama akan beradu di beberapa ronde.
Nantinya, tim yang bisa menang 3x duluan akan melaju sementara tim yang kalah 3x duluan akan tereliminasi.
“Swiss format ini terasa lebih baik dari format grup sebelumnya. Dengan begini, terasa lebih sedikit elemen yang diacak, di mana kamu bisa ada di grup yang menantang maupun di grup yang luar biasa,” ujarnya dikutip dari ONE esports.
Humanoid juga merasa kalau format ini bisa lebih menunjukkan tim mana saja yang cocok untuk maju ke babak berikutnya.
Masih merasa butuh banyak perkembangan

Meskipun dirinya bisa mengatasi tekanan di panggung dunia, Humanoid merasa masih ada hal yang perlu ia kembangkan.
Terlepas kemampuannya, ternyata Humanoid adalah seorang introvert yang juga mengerti pentingnya berkomunikasi di dalam tim.
Karenanya, komunikasi adalah hal yang menurutnya amat sangat perlu ia tingkatkan selanjutnya.
“Aku rasa aku mau berusaha untuk jadi suara di tim. Kayak mengontrol gerak tim lewat komunikasi,” ujarnya. “Kurasa aku cukup baik di bidang itu, dan aku mau itu jadi kekuatan terbesarku.”
Artikel ini diterjemahkan dari artikel ONE Esports berjudul “How Fnatic’s mid laner uses pressure as a weapon against opponents”