Mobile Legends Goncang Gandaria City! Garena Terlambat Satu Langkah?

Mengejutkan! Itulah kata yang pantas untuk menggambarkan kemeriahan gelaran Mobile Legends South East Asia Cup (MSC) regional Indonesia yang berlangsung pada tanggal 22-23 Juli 2017 di Gandaria City, Jakarta.
MSC 2017 mempertemukan delapan tim papan atas Mobile Legends asal Indonesia yaitu Saints Indo, RTO, LORD, Unforgiven, SU1CIDE SYKES, E8 Esport, OXYGEN, dan terkahir Zapbros GenX. Turnamen MSC 2017 regional Indonesia sendiri berakhir dengan kemenangan bagi tim Saints Indo disusul oleh E8 Esport yang berhak mewakili Indonesia dalam MSC 2017 Asia Tenggara.

Yang paling mengejutkan dari gelaran MCS 2017 regional Indonesia sendiri adalah antusiasme penonton yang mebludak dan memenuhi venue dan media streaming di internet! Diperkirakan pengunjung acara MSC di Gandaria City mencapai 4000 orang dan penonton streaming mencapai 60 ribu orang. Jumlah yang fantastis untuk sebuah turnamen esport di Indonesia!
Fenomena ini semakin fantastis mengingat Mobile Legends baru-baru ini diterpa isu hak cipta yang sempat menghebohkan internet. Dugaan gugatan hak cipta tersebut dilayangkan oleh Riot Games, selaku pemilik dari brand League of Legends dan anak dari raksasa industri game asal Cina yaitu Tencent.

Yang menarik, Tencent sendiri telah memiliki game yang identik dengan Mobile Legends bernama Mobile Arena yang diluncurkan di Indonesia di bawah Garena sebagai penerbit.
Menarik untuk melihat kenapa komunitas Mobile Legends tetap meriah di kala terpaan isu-isu yang menyelimuti mereka. Lalu, apakah kemeriahan MSC 2017 yang berlangsung kemarin tanda bahwa Mobile Legends belum menyerah dan masih berniat melawan Tencent dengan Mobile Arena-nya? Lalu langkah apa yang harus dilakukan oleh Garena?
Sporadis vs. Top Down
Mobile Legends pertama kali populer di Indonesia diperkirakan pada awal tahun 2017. Yang menarik, Moonton sama sekali belum memiliki perwakilan di Indonesia saat itu. Namun, ketiadaan publisher resmi atau perwakilan di Indonesia justru membuat komunitas mengambil langkah inisatif untuk meramaikan game Mobile Legends.

Dimulai dari pendirian berbagai guild dan komunitas, bergerak menuju berbagai acara gathering sampai dengan penyelenggaraan turnamen secara independen, semua dikelola sendiri tanpa campur tangan Moonton selaku developer.
Bisa dikatakan scene Mobile Legends di Indonesia berkembang secara sporadis dan independen, merambat dari komunitas ke komunitas lainnya.
Perkembangan sporadis tersebut terbukti dapat menjaga antusiasme komunitas walaupun berbagai isu menghadang seperti dugaan isu hak cipta dan kehadiran game pesaing yang sejenis. Lihat saja kehebohan yang terjadi di MSC 2017 dan data seputar Mobile Legends yang disampaikan oleh pihak Moonton. Terbukti komunitas Mobile Legends masih langgeng!

Langkah yang berbeda diambil oleh Garena dan Mobile Arena-nya yang lebih mengandalkan sistem top down dalam mengembangkan popularitas game-nya. Top down sendiri berarti Garena sebagai publihser mengambil berbagai langkah dan kebijakan yang kemudian memengaruhi popularitas Mobile Arena dan menggerakkan komunitas.
Faktanya Garena kerap kali membombardir berbagai media baik fisik maupun digital dengan iklan Mobile Arena. Garena juga mengambil inisiatif untuk mengadakan turnamen resmi seperti MO-Cup dan Mobile Arena Game Prime Competition 2017. Kehadiran GM ke event yang diadakan oleh komunitas turut membuktikan langkah top down yang diambil Garena.