Terakhir baru lah mental yang berbicara. Walau terakhir, ada keunikan dari yang namanya mental ini. Coach (sebut saja namanya Agus) mengatakan bahwa 70 persen tingkat keberhasilan ditentukan oleh mental.
Dan yang namanya mental, tidak bisa sembarang orang yang bisa menakar. Ada yang bisa menilai atau bahkan membantu membentuk mental, selain dari pemain itu sendiri. Sebut saja motivator atau psikolog (?).
Yang bisa menilai apakah benar mental sudah kena itu juga bukan dari orang sembarangan. Ambil contoh, ketika dikatakan mental, padahal sebenarnya yang jelas terlihat adalah salah strategi.
Atau bukan hal yang mustahil kalau kekalahan dipicu dari mikro game salah satu pemain yang “salah pencet” atau “telat pencet” ketika bertanding karena faktor kelelahan yang menurunkan endurance atau performa.
Ketika semua faktor sudah pada puncaknya dan antar tim yang bertanding memiliki mikro game seimbang, strategi seimbang, barulah faktor mental yang berbicara.
Jadi tidak serta merta kekalahan adalah melulu soal kalah mental. Jangan sampai kalimat tersebut justru membuai tim dan melupakan faktor lain yang justru lebih fundamental.
Walau harus diakui bahwa faktor mental memiliki peran yang sangat besar ketika pertandingan berlangsung.