Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

4 Organisasi Esports CIS Layangkan Surat Terbuka untuk Winstrike, Ada Apa?

Empat organisasi esports besar di kawasan CIS bersatu untuk menulis surat terbuka kepada Winstrike Team. Winstrike Team dituduh telah melakukan kegiatan penipuan termasuk pelanggaran kewajiban kontrak dan keuangan kepada tim dan pemain.

Surat terbuka ini dikirimkan oleh empat organisasi, yaitu Virtus Pro, forZe eSports, Gambit Esports, dan HellRaisers. Empat organisasi ini telah terlibat dalam berbagai transaksi dengan Winstrike di cabang Dota 2. Mereka mengklaim bahwa Winstrike Team melewatkan beberapa tenggat waktu pembayaran transfer pemain.

CEO Winstrike, Jaroslav Komkov menjadi pihak tertuduh yang utama setelah berulang kali tidak memenuhi janjinya kepada manajemen organisasi lain.

Apa Saja Pelanggaran yang Dilakukan oleh Winstrike Team?

Sumber: Winstrike Team

Pelanggaran transfer pertama yang dilakukan oleh Winstrike Team berkaitan dengan transfer RodjER dari Virtus Pro pada Oktober 2019 lalu. Tenggat waktu pembayaran transfer RodjER sebenarnya jatuh tempo pada November 2019, namun kenyataannya Winstrike Team masih belum membayar biaya transfer ke Virtus Pro  setelah enam bulan berlalu.

Tak hanya  belum membayar biaya transfer ke Virtus Pro, Winstrike Team juga diklaim belum membayar bagian biaya transfer untuk RodjER. RodjER dikabarkan belum menerima sepeser  pun dari biaya transfer yang seharusnya diterima olehnya.

Tim berikutnya yang mengiirim surat terbuka adalah HellRaisers. Transfer ALOHADANCE dari HellRaisers ke Winstrike Team menjadi kasus yang dipermasalahkan. Winstrike Team seharusnya membayar biaya transfer ALOHADANCE secara penuh pada akhir November 2019.

Meski demikian, Winstrike Team membayar biaya transfer ALOHADANCE dengan cicilan mingguan dari bulan Desember 2019 sampai Maret 2020. Biaya  transfer ALOHADANCE akhirnya lunas pada Maret 2020, akan tetapi biaya denda keterlambatan yang seharusnya dibayarkan oleh Winstrike Team belum dibayarkan sampai sekarang.

Parahnya lagi, ketika dikontak oleh HellRaisers mengenai hal ini, Winstrike Team sama sekali tidak merespon kembali panggilan dari HellRaisers.

Winstrike juga melanggar kesepakatan transfer pemain dengan forZe Esports. Dalam sebuah kontrak yang disetujui pada Januari 2020, forZe menetapkan bahwa tenggat waktu pembayaran uang kontrak adalah 21 Februari 2020.

forZe mengklaim bahwa mereka berhasil menegosiasikan kembali kontrak setelah tenggat waktu berlalu dan menyetujui kontrak baru yang menurutnya mereka (Winstrike Team) hanya akan membayar 50% dari jumlah awal yang disepakati pada akhir Februari.

Namun, setelah negosiasi, perwakilan Winstrike Team diduga berhenti merespons permintaan dari forZe. Pada akhir Maret, forZe mengirim keluhan resmi ke Winstrike. Jika kondisinya tidak kunjung terpenuhi, forZe akan menuntut Winstrike Team.

Tim terakhir yang terlibat adalah Gambit Esports. Winstrike Team memutuskan untuk membeli dua pemain Gambit, yaitu Daxak dan Afterlife pada awal musim 2019-2020. Akan tetapi, mereka kembali tidak membayar biaya transfer yang seharusnya jatuh tempo pada 23 Desember 2019.

Pada awalnya Gambit menganggap insiden ini hanyalah kesalahpahaman belaka, namun setelah Winstrike tak kunjung membayar kewajiban mereka, kini mereka berencana untuk menuntut Winstrike.

Keempat tim yang menjadi korban penipuan dari Winstrike Team ini dikabarkan akan segera mengambil tindakan hukum untuk membuat Winstrike memenuhi kewajibannya. Sampai saat ini, Winstrike masih belum memberi pernyataan resmi mengenai kasus penipuan ini.

Bagaimana pendapat kalian mengenai kasus yang melibatkan Winstrike ini?

 

Share
Topics
Editorial Team
Leonanda Ferry
EditorLeonanda Ferry
Follow Us