Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel GGWP lainnya di IDN App

Restreaming IESF WEC 2024 dilaporkan dilarang, setidaknya di regional Indonesia sebagaimana yang GGWP telusuri.

Pihak PB ESI menyebut pada media sosial mereka, bahwa restreaming IESF WEC 2024 tanpa seizin mereka sangat dilarang.

“Kami ingin mengingatkan bahwa hanya channel YouTube resmi dari federasi yang diizinkan untuk melakukan restreaming pertandingan dalam IESF World Esports Championship,” tulis PB ESI.

“Konten ini bersifat eksklusif, dan hak restreaming telah ditetapkan khusus untuk melindungi pengalaman terbaik bagi seluruh penggemar kami,” lanjut mereka.

Meskipun kita sudah cukup paham bahwa ada larangan restreaming/nobar untuk event olahraga umumnya, apakah ini biasa terjadi di ranah esports?

Untuk memahami kondisinya, GGWP secara eksklusif mewawancarai Artyom Odintsov, co-founder dan CEO Esports Charts sepuar restreaming dan legalitasnya.

Apa keuntungan yang diberikan oleh restreaming? Apa kerugiannya jika restreaming dibatasi? Lalu apa tujuan di balik pembatasan ini? Simak bahasannya berikut ini.

Alasan di balik pembatasan restreaming IESF WEC 2024

Dok. IESF WEC

Pembatasan restreaming/stream komunitas/acara nobar bukanlah kebijakan baru, terutama jika kita berbicara tentang siaran olahraga konvensional seperti sepak bola. Namun, dalam hal siaran esports, apakah kebijakan ini merupakan hal yang umum?

Stream komunitas sekarang menjadi praktik umum dalam esports, dimana pengaruhnya telah berkembang secara signifikan di seluruh industri dalam beberapa tahun terakhir.

Akan tetapi, hal ini masih belum diadopsi secara universal, karena banyak event organizer yang terus memprioritaskan streaming resmi mereka sendiri.

Apa alasan organizer memutuskan untuk tidak mengizinkan restreaming turnamen mereka?

Pada intinya, masalahnya adalah persaingan. Jika ada restreaming, berarti penonton akan menonton turnamen di tempat lain alih-alih dari kanal resmi, yang menjadi tempat integrasi sponsor utama dan konten komersial lainnya.

Ada juga kekhawatiran tambahan. Misalnya, organizer mungkin khawatir bahwa restreamer mungkin menghasilkan konten berkualitas rendah yang dapat merusak citra publik mereka.

Demikian pula, liputan turnamen tidak hanya mencakup live streaming tetapi juga tayangan post-event.

Artinya, restreamer akan bersaing dengan organizer untuk mendapatkan penonton VOD (video-on-demand).

Jika tidak salah, ini adalah pertama kalinya IESF WEC membatasi izin siaran mereka. Menurutmu, apa yang membuat IESF WEC mengambil langkah ini?

Sulit untuk menilai keputusan ini dari luar, karena mungkin ada berbagai alasan.

Organizer mungkin ingin meningkatkan jumlah folower dan metrik penonton lainnya secara khusus pada channel utama mereka. Namun, sulit untuk memastikannya dengan tepat.

Bagaimana biasanya sebuah turnamen esports mengatur hak streaming mereka?

Semuanya sangat bergantung pada game yang dimaksud. Ambil contoh Dota 2, di mana restreaming sering kali menyumbang sekitar setengah dari jumlah penonton untuk event-event utama.

Jelas bahwa larangan total terhadap restreamer tidak akan menguntungkan bagi organizer, karena jangkauan keseluruhan akan turun secara signifikan.

Di sebagian besar event Dota 2 utama, yang diselenggarakan oleh berbagai operator turnamen, restreaming umumnya diizinkan, namun, dengan batasan.

Biasanya, streamer dilarang menampilkan sponsor yang tidak berafiliasi dengan turnamen, dan mereka sering kali diharuskan untuk menunda siaran mereka selama beberapa menit untuk memberikan keuntungan bagi saluran utama.

Selain itu, Dota 2 sering kali memfitur “restreamer resmi” yang berafiliasi dengan sponsor atau studio regional.

Para restreamer ini dibebaskan dari batasan tersebut, sehingga mereka dapat melakukan streaming secara bersamaan dengan streaming resmi lainnya.

Kelebihan dan kekurangan pembatasan restreaming

Editorial Team

Tonton lebih seru di