Bulan lalu, bintang streamer sekaligus mantan pemain pro CS:GO Michael “Shroud” Grzesiek sempat mengatakan kalau scene esports CS:GO dalam fase sekarat.
Namun, ia mengklarifikasi pernyataannya kalau bukan scene CS:GO secara general yang sekarat melainkan peta persaingan di ranah Amerika Utara yang kian redup.
Statement Shroud mengenai iklim CS:GO jadi bahan diskusi banyak pihak. Ada pihak yang tak sependapat, ada juga yang setuju apalagi sudah diperkuat dengan cabutnya organisasi 100 Thieves dari kompetisi CS:GO. “CS NA (Amerika Utara) sudah sekarat.
“Dan menurut pendapatku, itu merupakan kerugian besar bagi komunitas untuk kehilangan NA,” ucapnya beberapa waktu silam.
Tak sampai disitu, ia pun meluruskan pernyataannya kalau CS hanya pudar di NA saja, namun tetap jadi game populer di seluruh dunia.
“Tidak, tidak, tidak. Aku tidak berpikir CS sekarat. Aku berpikir kalau scene CS di Amerika Utara sudah mati sedikit dan itu adalah faktanya,” tegas mantan pro player Cloud9.
Turunnya popularitas CS di Amerika membuat Shroud sedih karena kualitas pemain dan organisasi di sana sangat mampu untuk bersaing.
Hal yang sama juga terjadi pada scene di Indonesia. Sempat jadi kekuatan ditakuti di ranah Asia, kini beberapa pemain yang sudah punya nama memilih meneruskan karir di luar negeri demi menjaga karir mereka sebagai profesional CS:GO.
Hal tersebut memberikan tanda berupa banyaknya pemain lain yang memilih hijrah sepenuhnya ke game lain seperti Valorant atau Apex Legends yang di rasa lebih menjanjikan masa depannya.
Bedanya, scene esports di Amerika sangat terpukul akibat pandemi karena fokus kompetisi dipindahkan ke Eropa sehingga tim dari Amerika kesulitan untuk berpartisipasi.
Sedangkan, CS:GO di Indonesia kurang diminati lagi karena kurangnya dukungan untuk turnamen juga berpindahnya tren game dari platform PC ke mobile.
Jadi menurut kalian bagaimana kondisi CS:GO di Amerika dan di SEA sendiri guys?
